Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Tapak Darah Ibunda di Tembok

RABU, 13 SEPTEMBER 2023 | 12:02 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

PEMBUNUHAN ini mengerikan. Nando, 25, menggorok istrinya, Mega, 25, di rumah mereka, Cikarang, Bekasi, Kamis (7/9) malam. Ngerinya, saat penggorokan diduga dua anak mereka laki dan perempuan usia 3,5 dan 1,5 tahun, melihat tragedi itu.

Terbukti, saat polisi melakukan olah TKP, di tembok rumah ada bekas tapak tangan berlumur darah. Cap tapak darah, dan digeser. Tapak tangan itu kecil, seukuran tapak balita.

Polisi menduga, balita anak Nando dan Mega memegang darah ibunda. Lalu balita itu jalan sambil memegang tembok. Sehingga tapak darah itu memanjang dalam ukuran tapak kecil.

Kasi Humas Polres Metro Bekasi, AKP Hotma Sitompul kepada wartawan, Senin, 11 September 2023, mengatakan:

"Kasus pembunuhan sadis ini kini masih ditangani Polsek Cikarang Barat dan Polres Metro Bekasi. Tersangka N menyerahkan diri dan langsung kami tahan.”

Profil pelaku, Nando Kusuma Wardana, 25, kelahiran Bekasi. Setelah lulus SMP Negeri 1 Cikarang Barat, Bekasi, 2014, melanjutkan ke SMK Negeri 1 Cikarang Barat, jurusan teknik otomotif, lulus 2017.

Setelah itu ia kerja. Di PT Sugity Creatives sebagai Operator Produksi spray painting selama 2 tahun.

Lalu di PT Resin Plating Technology sebagai operator produksi injection molding, quality control, dan spray painting selama 2 Tahun.

Terakhir di LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) PT Indah Hade Karya, Bekasi, sebagai instruktur. Tapi, ia juga ngojek online.

Profil korban, Mega Suryani Dewi, 24, kelahiran Bekasi. Masa kecil tinggal bersama orang tua, mengontrak rumah di Bekasi Barat. Pemilik rumah kontrakan ortu Mega, Tati Rahayu, kepada wartawan mengatakan:

"Sejak Mega bayi sampai sekolah di SMK, Mega bersama keluarganya mengontrak di rumah saya. Setelah itu orang tua Mega pindah ke Tambun, Bekasi."

Mega bersekolah di SMKN 1 Bekasi. Jurusan Teknik Komputer Jaringan. Lulus 2018. Setelah itu dia kerja.

Pernah bekerja di PT Orang Tua Group, bagian kosmetik dari Januari 2019 sampai Desember 2019.

Lalu, beauty advisor di PT Arina Multikarya, di brand Maybelline divisi Loreal Paris, dari Januari 2019 sampai Desember 2020.

Dilanjut, beauty advisor di PT Social Bella Indonesia, Maret 2021 sampai Juli 2021, area kerja DKI Jakarta.

Kemudian beauty advisor di PT L'oreal Paris Indonesia. Terbukti, ada karangan bunga belasungkawa perusahaan itu. Mega juga content creator kecantikan di TikTok.

Nando dan Mega pacaran sejak mereka masih sama-sama SMK. Meski mereka beda sekolah. Akhirnya, menikah 11 Februari 2020.

Mereka mukim di rumah kontrakan di Jalan Cikedokan RT 01/RW 04, Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat. Mereka punya dua anak laki. Pertama usia 3,5 tahun, adiknya 1,5 tahun. Mega sebelum meninggal mengaku di medsos, bahwa dia hamil lima bulan.

Deden Suryana, kakak kandung Mega, menceritakan, Mega sering jadi korban KDRT. Deden mengatakan begini:

"Saya sudah sering mergokin. KDRT enggak cuma sekali. Udah tiga kali. Yang ini (sampai Mega tewas) ke empat kali KDRT. Pada kejadian ke tiga, Mega lapor ke Komnas Perempuan. Lalu Nando minta maaf, baikan lagi. Itu setelah mereka nikah. Kalau sebelum nikah juga udah sering."

Mengapa mereka tidak cerai?

Deden menjawab: "Adik saya lebih mentingin anak, selalu kaya gitu, mempertahankan hubungan itu karena mentingin anak. Sebenernya udah jauh-jauh hari Mega pengen cerai, tapi dibatalkan, karena mikir anak."

Berdasar penyidikan polisi, kronologi kejadian, demikian.

Kamis, 7 September 2023 sekitar pukul 23.00 WIB. Di rumah petak kontrakan, Nando menggorok Mega. Sebelumnya diawali cekcok. Nando kepada polisi mengaku, Mega mengatakan, penghasilan suami lebih kecil daripada penghasilan Mega.

Nando marah. Memukul beberapa kali wajah Mega dengan tangan kosong. Sampai Mega jatuh tersungkur. Lantas, rambut Mega dijambak Nando, diseret menuju dapur.

Saat itu kedua anak mereka belum tidur, akibat cekcok di rumah petakan yang kecil. Dua bocah itu sedang berada di ruang tamu. Sedangkan, Nando di dapur menggorok leher Mega dengan pisau dapur.

Tidak diceritakan, bagaimana reaksi dua balita itu saat ibunda mereka digorok ayah. Tapi, dua balita itu kemudian berlari menuju dapur. Mendekati ibunda yang banjir darah. Saat itulah si bocah memegang darah Mega. Tapak tangan darah itu menempel pada dinding tembok.

Darah pasti banjir. Berdasar hasil otopsi RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, batang tenggorok Mega putus total. Kapolsek Cikarang Barat, AKP Rusnawati kepada wartawan mengatakan:

"Dari hasil autopsi, korban tewas karena sayatan di leher yang memutus batang tenggorokan dan pembuluh nadi leher sisi kiri. Korban tewas kehabisan darah.”

Usai membunuh, Nando menyeret tubuh Mega ke kamar mandi. Mencopot pakaian Mega. Dimandikan di situ. Dilanjut membersihkan banjir darah akibat penggorokan. Setelah itu jenazah diangkat ke kasur, ditidurkan.

Di situ pula dua balita anak Mega ditidurkan. Mereka tidur bersama jenazah ibunda. Mungkin mereka belum mengerti arti kematian. Tidak diceritakan detail di bagian ini. Sedangkan, Nando tidur di kamar lain.

Jumat, 8 September 2023 pagi, Nando mencuci pakaian Mega juga pakaian Nando sendiri. Tetangga sekaligus pemilik rumah kontrakan itu bernama Mukti, 41, kepada wartawan mengatakan, pagi-pagi Mukti melihat Nando menjemur pakaiannya juga pakaian Mega.

Mukti: “Ia (Nando) bersikap biasa aja. Tidak ada yang mencurigakan. Setelah menjemur pakaian ia masuk rumah. Sorenya ia pergi bersama anak-anaknya. Tapi waktu ia pergi, saya tidak lihat.”

Mukti menduga rumah Nando kosong. Selama dua hari. Lampu rumah selalu mati.

Minggu, 10 September 2023 pukul 01.30 WIB Mukti tidur dibangunkan anaknya. Diberitahu, bahwa tetangga sedang menangis berteriak-teriak. Mukti bangun, keluar rumah.

Ternyata di rumah Nando ada ibunda Mega bernama Linda. Sedang histeris, minta tolong tetangga. Mukti mendekati.

Mukti: “Dia (Linda) menangis histeri. Bilang ke saya begini: Pak…. tolong pak… diperiksa. Mega keliatannya sudah nggak ada.”

Mukti bingung. Lalu ia diajak Linda masuk rumah untuk melihat kondisi Mega. Segera, Mukti memanggil, menggedor rumah para tetangga, agar masuk rumah Nando bersama-sama. Di malam sunyi itu, kontan jadi heboh. Para tetangga keluar rumah. Mereka bersama Mukti masuk rumah.

Posisi Mega tidur telentang di ranjang. Ditutupi selimut. Linda membuka selimut, menunjukkan leher Mega yang nyaris putus. Wajah Mega tampak lebam. Jelas, Mega sudah meninggal. Kondisi jenazah mulai membusuk.

Para tetangga meneliti seisi rumah. Mereka melihat cap tangan darah. Tangan mungil, diduga tangan anak Mega.

Ketika para tetangga hendak melapor ke Ketua RT, tahu-tahu mobil polisi dan ambulans tiba di rumah Nando. Warga kaget, karena begitu cepat.

Mukti: “Ternyata di rombongan polisi itu juga ada Nando sedang diborgol. Berarti ia sudah menyerahkan diri. Kemudian, jenazah Mega diangkut menuju RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Tim polisi menyelidiki rumah tersebut.”

Linda kepada Mukti mengatakan, Nando bersama dua anaknya datang ke rumah Linda di Tambun Selatan, Bekasi, Jumat (8/9). Tanpa Mega.

Linda ke Mukti: “Nando bilang, anak saya (Mega) sakit di rumah. Setelah itu Nando pergi, katanya kerja. Sampai esoknya belum balik lagi. Terus, malamnya (Sabtu malam) saya mulai curiga. Perasaan saya tidak enak. Ingin sekali ketemu anak saya. Akhirnya begini….”

Sedangkan, Nando menyerahkan diri ke Polsek Cikarang Barat, Sabtu (9/9) malam. Setelah laporan Nando diproses polisi, Minggu dini hari ia digelandang polisi ke rumahnya. Ketemulah rombongan polisi dengan ibunda Mega dan para tetangga.

Deden menceritakan, ibunya, Linda mendatangi rumah Linda pada Sabtu (9/9) tengah malam, sebab dua balita Mega terus-menerus menangis. “Mereka tidak mau makan, tidak mau tidur. Nangis terus. Akhir ibu saya mendatangi rumah Mega, ketahuan sudah meninggal.”

Setelah Mega dimakamkan, dua balita Mega diasuh Linda di Tambun. Sudah didampingi tim dari Komnas Perlindungan Perempuan dan Anak.

Dampak psikologis dua bocah itu pastinya parah. Bagaimana kejadian itu berdampak terhadap masa depan mereka?

Dikutip dari The Guardian, 22 Agustus 2021 berjudul, What happens to the children of women killed by men? menceritakan kejadian sangat mirip tragedi Mega. Yang terjadi di Yunani. Atau, sebut saja Tragedi Yunani.

Pada 2021, pasutri Charalambos Anagnostopoulos, 33, dan Caroline Crouch, 20. Tinggal di Athena, Yunani. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan, yang lahir 2020.

11 Mei 2021 Anagnostopoulos menggorok istrinya, Crouch sampai mati. Akhirnya putri tunggal yang langsung yatim piatu itu (karena sanga ayah ditahan polisi) diasuh kakek-nenek pihak ibu, pasutri David Crouch, 78, dan Susan Dela Cuesta, 57.

Balita cantik itu diboyong ke rumah kakek-nenek di Pulau Alonissos, Yunani. Lokasi ini berjarak sekitar 311 kilometer dari Athena, tempat pembunuhan ibunda si balita.

Susan Dela Cuesta menceritakan kesedihan atas tragedi itu, begini: “Satu hal yang membuat saya lebih sedih daripada kematian anak saya, adalah kenyataan bahwa cucu kami ini akan tumbuh. Tapi tidak bisa mengingat ibunya yang cantik.”

Itu, satu dari banyak anak setiap tahunnya, yang tersembunyi di balik berita utama tentang pembunuhan, yang kehilangan ibu karena pembunuhan terhadap perempuan.

Keluarga dan teman-teman akan kesulitan untuk mengambil peran sebagai pengasuh, karena mereka dilanda kehilangan yang tiba-tiba dan tanggung jawab tambahan yang tidak terduga buat pengasuh.

Dia salah satu dari banyak anak yang kehilangan ibu akibat pembunuhan. Anak dilanda kehilangan yang mendadak. Lantas, keluarga besar juga tiba-tiba dibebani tanggung jawab tambahan yang tak terduga.

Aktivis dan mantan pengacara Clarrie O’Callaghan, dan Karen Ingala Smith, kepala eksekutif Nia, sebuah badan amal kekerasan seksual dan rumah tangga di Inggris, mengadakan riset soal itu. Riset bertajuk, When Father Kills Mother.

Mereka dibantu pro bono dari Freshfields Bruckhaus Deringer, sebuah firma hukum internasional, dan konsultan Deloitte.

Tujuan riset mengurangi tingkat femicide. Hasil riset, di Inggris, seorang wanita dibunuh oleh seorang pria setiap empat hari. Atau 80 wanita dibunuh suami per tahun.

Itu statistik yang tidak berubah selama satu dekade terakhir ini.

O’Callaghan: “Paling tidak yang bisa dilakukan pemerintah adalah menetapkan secara tepat berapa banyak anak yang terkena dampak dan membuat rencana aksi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Saat ini, hal tersebut tidak terjadi."

Bagaimana dampak psikologis terhadap anak yang ibunya dibunuh ayah?

Contoh kasus: Harry, 6. diminta menggambar apa yang dilihatnya ketika ayahnya menembak ibunya dan kemudian ayah bunuh diri.

Harry menjawab: “Apakah kamu yakin ingin melihatnya?” Lantas dilanjut:“Saya hanya bisa menggambar wajah sedih.”

Seringkali, anak-anak tetap diam jika rasa sakitnya terlalu berat bagi pengasuh barunya, dan mereka ditinggalkan lagi oleh pengasuh.

Hasil riset, 40 persen (160 respoden anak) berusia balita saat pembunuhan terjadi. Lebih dari 100 responden anak menyaksikan pembunuhan, atau berada di rumah ketika pembunuhan terjadi.

Dampak yang langsung, mereka menderita kecemasan, mimpi buruk, fobia, stres pasca-trauma, perilaku agresif dan ketidakmampuan untuk percaya pada orang.

“Jika mereka berperilaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa,ini harus dianggap sebagai sebuah masalah.”

Nando disangkakan Pasal 339 KUHP subsider Pasal 338 KUHP dan Pasal 5 jo Pasal 44 ayat (3) tentang Penghapusan KDRT. Ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup. Atau setidaknya 20 tahun penjara.

Pesan terakhir Mega, sekitar sepekan sebelum dibunuh, dia mengunggah di medsos, begini:

"Doain aku dipermudah jadi jendes ya gais wkwkwk. Mudah-mudahan kali ini gak jilat ludah sendiri lagi wkwk.”

Tapi, dia juga nulis begini: “Jangan takut nikah, emang ini lagi apes aja di aku.”

Tampak di situ, dia sebenarnya sudah siap menjanda. Tapi, keputusan jadi jendes sudah terlambat. Hebatnya, dia masih memberi semangat ke warganet.

Penulis adalah Wartawan Senior

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Gegara Israel, World Central Kitchen Hentikan Operasi Kemanusiaan di Gaza

Minggu, 01 Desember 2024 | 10:08

Indonesia Harus Tiru Australia Larang Anak Akses Medsos

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:58

Gaungkan Semangat Perjuangan, KNRP Gelar Walk for Palestine

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:36

MK Kukuhkan Hak Pelaut Migran dalam UU PPMI

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:18

Jet Tempur Rusia Dikerahkan Gempur Pemberontak Suriah

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:12

Strategi Gerindra Berbuah Manis di Pilkada 2024

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:53

Kubu RK-Suswono Terlalu Remehkan Lawan

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:40

Pasukan Pemberontak Makin Maju, Tentara Suriah Pilih Mundur dari Aleppo

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:30

Dirugikan KPUD, Tim Rido Instruksikan Kader dan Relawan Lapor Bawaslu

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:06

Presiden Prabowo Diminta Bersihkan Oknum Jaksa Nakal

Minggu, 01 Desember 2024 | 07:42

Selengkapnya