Konflik militer antara Rusia dan Ukraina diperkirakan masih akan berlangsung dan tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Menurut Ketua Duma Negara Rusia Pyotr Tolstoy, hal itu bisa terjadi karena kuatnya perlawanan Kyiv yang disokong bantuan militer Barat yang sangat besar.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi nasional Rusia yang dirilis Senin (11/9), Tolstoy mengatakan bahwa dia yakin permusuhan antara Moskow dan Kyiv akan berlanjut selama dua hingga tiga tahun ke depan.
“Ini tidak akan cepat. Ada perlawanan serius, musuh tangguh. Kita tidak boleh meremehkan fakta bahwa hampir semua negara memasok senjata dan perlengkapan (ke Kyiv). Ukraina tidak punya apa-apa, mereka hanya berjuang dengan apa yang telah diterimanya,” kata Tolstoy, seperti dimuat RT, Selasa (12/9).
Dia mengakui bahwa konflik tersebut akan berdampak buruk pada Rusia. Namun, Tolstoy berpendapat bahwa Moskow harus terus melakukan kampanye militer agar rakyat Rusia tidak merasa terhina setelah menyaksikan rekan senegaranya dibakar hidup-hidup.
Ia mengacu pada bentrokan mematikan di Odessa, pada Mei 2014, yang mana 42 aktivis dibakar hidup-hidup di gedung serikat pekerja di kota tersebut tak lama setelah kudeta yang didukung Barat di Kyiv.
Sejak dimulainya konflik Ukraina pada Februari 2022, negara-negara Barat telah memberikan bantuan keamanan senilai puluhan miliar dolar kepada Kyiv. Amerika memimpin dengan bantuan sebesar 43 miliar dolar AS.
Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa bantuan ini hanya akan memperpanjang permusuhan dan tidak akan mengubah hasil akhir.