Meskipun terjadi penurunan ekspor, perekonomian Korea Selatan tumbuh sedikit lebih cepat pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Menurut data Bank of Korea (BOK) yang diterbitkan Selasa (5/9), produk domestik bruto (PDB) riil negara tersebut - yang merupakan ukuran utama pertumbuhan ekonomi - meningkat 0,6 persen secara kuartalan pada periode April-Juni, sesuai dengan perkiraan sebelumnya.
"Ekspansi kuartal kedua ini lebih tinggi dibandingkan ekspansi 0,3 persen pada kuartal pertama," menurut laporan tersebut, seperti dimuat
Yonhap.Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia ini telah berada pada tahap pemulihan sejak mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen pada kuartal keempat tahun lalu.
Secara tahunan, perekonomian Korea Selatan tumbuh 0,9 persen pada kuartal kedua, sama dengan kenaikan tahunan pada kuartal pertama.
Bank sentral mengatakan ekspansi pada kuartal kedua terjadi karena impor turun lebih cepat dibandingkan ekspor.
Sementara itu, ekspor Korea Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,9 persen pada periode April-Juni, berbalik dari kenaikan sebesar 4,5 persen pada kuartal sebelumnya.
Impor dilaporkan anjlok 3,7 persen selama kuartal tersebut.
Menurut data, ekspor Korea Selatan turun selama 11 bulan berturut-turut pada bulan Agustus terutama karena lemahnya permintaan semikonduktor dan produk minyak bumi, namun negara tersebut melaporkan surplus perdagangan selama tiga bulan berturut-turut.
Ekspor terus mengalami penurunan sejak Oktober tahun lalu di tengah pengetatan moneter yang agresif oleh negara-negara besar untuk mengendalikan inflasi yang tinggi dan perlambatan ekonomi. Ini merupakan pertama kalinya sejak tahun 2020 ekspor mengalami penurunan selama 11 bulan berturut-turut.
Belanja swasta tercatat turun 0,1 persen pada kuartal kedua, dibandingkan kenaikan 0,6 persen pada kuartal sebelumnya.
Belanja pemerintah juga turun 2,1 persen pada kuartal kedua, sementara investasi fasilitas meningkat 0,5 persen, menurut data bank sentral.
Perekonomian Korea Selatan menghadapi ketidakpastian yang semakin besar di dalam dan luar negeri di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif di negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, dapat memicu kemerosotan ekonomi global.
Bulan lalu, bank sentral mempertahankan perkiraan pertumbuhan tahun ini sebesar 1,4 persen namun mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai pertumbuhan ekonomi China dan dampak domestiknya, pertumbuhan di negara-negara besar dan waktu pemulihan di sektor teknologi informasi dinilai tinggi.
Selain itu, bank sentral juga mempertahankan suku bunga utamanya pada angka 3,5 persen untuk kelima kalinya berturut-turut pada bulan lalu setelah mempertimbangkan perlambatan pertumbuhan di tengah moderasi inflasi.
Pembekuan suku bunga terjadi setelah BOK menaikkan suku bunga tujuh kali berturut-turut dari April 2022 hingga Januari 2023.
Tahun lalu, perekonomian Korea Selatan tumbuh 2,6 persen, melambat dari kenaikan 4,3 persen pada tahun sebelumnya di tengah pengetatan moneter yang agresif di dalam dan luar negeri.
Pertumbuhan pada tahun 2022 menandai laju paling lambat sejak tahun 2020, ketika perekonomian mengalami kontraksi sebesar 0,7 persen di tengah dampak pandemi virus corona.