Berita

Tangkapan layar, pakar ranjau PBB, Alexander Lobov, mengungkap banyaknya ranjau darat yang tersebar di Ukraina dan belum meledak.

Dunia

Pakar: Ranjau Darat yang Belum Meledak di Ukraina Mencapai Satu Juta Unit

JUMAT, 01 SEPTEMBER 2023 | 09:51 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Jumlah ranjau darat yang belum meledak di Ukraina bisa mencapai satu juta unit. Begitu menurut perkiraan yang disampaikan pakar ranjau PBB, Alexander Lobov.

Lobov, yang merupakan insinyur militer dan ahli pekerjaan ranjau yang bekerja dengan Program Pembangunan PBB (UNDP), mengungkapkan perkiraannya kepada media China CGTN.

“Mempertimbangkan skala wilayah yang terkena dampak perang dan kepadatan ladang ranjau, jumlah ranjau bisa mencapai ratusan ribu," kata Lobov.

"Saya tidak bisa tidak mengecualikan bahwa jumlahnya bahkan bisa melebihi angka satu juta," ujarnya.

Ranjau darat anti-personil dan anti-kendaraan diklaim telah digunakan di Ukraina sejak pecahnya konflik pada Februari 2022.

Berbeda dengan Ukraina yang telah menandatangani Perjanjian Ottawa mengenai larangan produksi dan penimbunan ranjau sejak tahun 1999, Rusia tidak menandatangani perjanjian tersebut.

Menurut penelitian, Ukraina saat ini menjadi salah satu negara dengan tingkat korban sipil tertinggi di dunia akibat penggunaan senjata tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh kelompok kemanusiaan Halo Trust telah mengidentifikasi kelompok ranjau darat tertinggi di Ukraina di bagian selatan negara itu di sekitar wilayah Kherson dan di barat laut di sekitar Kharkiv.

Daerah-daerah ini berada di garis depan pertempuran antara pasukan Ukraina dan pasukan yang didukung Rusia.

Lobov mengatakan, skala bom yang tidak meledak yang tertinggal di kota-kota dan desa-desa bisa mencapai tiga kali lipat jumlah yang terlihat di Kroasia setelah perang Balkan pada awal tahun 1990-an.

“Menurut pernyataan Otoritas Pekerjaan Ranjau Nasional, 174.000 kilometer wilayah Ukraina telah terkena dampaknya,” katanya.

Jenis amunisi yang terlihat dalam konflik juga mempengaruhi upaya yang dilakukan oleh petugas pembersihan ranjau di lapangan.  

“Mereka mengalami senjata modern baru yang belum pernah mereka lihat sebelumnya,” kata Lobov.

“Ukraina saat ini sedang mengalami cluster amunisi, rudal balistik yang belum meledak," ujarnya.

Lobov mengatakan Ukraina telah mengambil pelajaran dari kampanye pembersihan ranjau di konflik lain, terutama di Balkan dan Kamboja.

“Tentu saja Ukraina mendapat manfaat dari pengalaman internasional,” katanya.

“Tetapi program-program yang relevan di negara-negara ini telah berjalan selama beberapa dekade. Kita tidak bisa menunggu selama beberapa dekade," lanjut Lobov.

Ia yakin bahwa meskipun dampak sebenarnya dari ranjau darat yang dimiliki Ukraina baru akan terungkap setelah kekerasan berakhir, namun apa yang terjadi di negara tersebut dapat menentukan kebijakan internasional mengenai penggunaannya selama beberapa dekade mendatang.

“Menurut pendapat saya, Ukraina akan mengubah filosofi tentang pekerjaan ranjau dan cara menanggapi ancaman ledakan,” katanya.

Populer

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

UPDATE

Polri Gandeng INASSOC Sosialisasikan Aturan Penggunaan Airsoft Gun

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:34

Wamenkop Ferry Juliantono Ingin Gapoktan Naik Kelas

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:33

Kontrol Sipil ke Militer Harus Objektif, Jangan Pragmatis

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:23

Warga Jakarta Diminta Waspada Cuaca Ekstrem

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:12

Hasto Siap Sampaikan Eksepsi Pekan Depan

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:51

Sidang Perdana Duterte di ICC, Momen Bersejarah bagi Keadilan Internasional

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:30

Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:23

Anggaran Makan Bergizi Gratis Naik dari Rp71 Triliun Jadi Rp171 Triliun

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:17

Pengamat: Bagaimana Mungkin Seorang Teddy Dilantik jadi Seskab?

Jumat, 14 Maret 2025 | 13:59

Korsleting Baterai Jadi Penyebab Kebakaran Air Busan

Jumat, 14 Maret 2025 | 13:54

Selengkapnya