Susilo Bambang Yudhoyono/Net
Langkah Indonesia menuju kemajuan terhambat, karena sebagian masyarakat masih terbelenggu mitos. Meski terkesan sepele, pengaruh mitos terhadap kesadaran kolektif membuat perkembangan bangsa terganggu.
Persoalan mitos itu disinggung Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat menyampaikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, beberapa waktu lalu.
Menurut SBY, setidaknya ada tiga buku tentang mitos yang akhirnya membentuk karakter rakyat Indonesia. Ketiga buku itu adalah Manusia Indonesia karya Muchtar Lubis, Mitos Pribumi Malas karya Syed Hussein Alatas, dan Asian Drama karya Gunnar Karl Myrdal.
Pada buku karya Mochtar Lubis, manusia Indonesia digambarkan munafik, tidak bertanggung jawab, berjiwa feodal, berwatak lemah, percaya takhayul dan berjiwa seni. Dari lima karakter itu, hanya satu yang konotasinya positif.
"Kalau nggak cocok (dengan karakter di atas) jangan marah sama saya. Marah kepada mendiang Mochtar Lubis, orang yang juga saya hormati," kata SBY, menanggapi buku Manusia Indonesia, dikutip Rabu (30/8).
Sementara itu di buku karya Syed Hussein Alatas, disebutkan, orang Asia Tenggara sebagai pribadi yang malas, terbelakang, dan intelektualitas rendah. Sementara buku Asian Drama memotret watak, karakter, dan kultur manusia Asia yang sulit maju.
Menurut SBY, orang Indonesia hari ini sudah banyak berubah. Mitos negatif yang tertuang dalam tiga buku itu perlahan terbantahkan, seiring perubahan, pergeseran dan transformasi di era globalisasi.
"Karena itu, mitos yang serba negatif itu mungkin sekarang sudah banyak yang berubah. Mungkin juga masih ada pada diri masyarakat Indonesia, manusia Indonesia, maupun bangsa Indonesia," jelas SBY.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu juga menambahkan, ada dua mitos lain yang membayangi Indonesia. Yakni, bila negara ingin sejahtera, maka harus berfokus pada pembangunan ekonomi dan melupakan demokrasi. Kemudian mitos negara harus mengurangi kebebasan bila keamanan ingin stabil.
SBY dengan tegas membantah mitos itu. Dia mengajak rakyat Indonesia 'move on' dan jangan lagi terbelenggu dengan mitos yang menghambat pola pikir.
"Jangan dihantui mitos. Kita bisa hadirkan ekonomi, stabilitas dan keamanan nasional dengan kebebasan pada hak asasi manusia," tandas SBY.