Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov/Net
Moskow tidak terlalu menanggapi tawaran Prancis yang ingin menengahi konflik Rusia-Ukraina.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov bahkan menilai langkah itu diambil Prancis kemungkinan besar hanya untuk mencari perhatian dunia di tengah kesulitan yang saat ini mengerubungi Eropa.
Menurut Lavrov, sangat mengherankan jika Prancis ingin menjadi penengah, sementara belum lama ini presidennya menggembar-gemborkan akan mengirim rudal ke Kyiv untuk membantu pasukan Ukraina dalam perang melawan Rusia.
“Mengetahui apa yang terjadi di Eropa saat ini, kemungkinan besar -keinginan untuk menjadi penengah- adalah keinginan untuk menjadikan dirinya pusat perhatian, keinginan untuk menunjukkan betapa aktifnya Anda dan betapa Anda perlu didukung,” ujarnya kepada wartawan, Senin (24/8), seperti dikutip dari
TASS. Ia merujuk pada pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini tentang niatnya memasok rudal jarak jauh kepada Kyiv, tetapi pada saat yang sama Prancis ingin memainkan peran sebagai mediator dan meminta Presiden Rusia Vladimir Putin juga melakukan hal tersebut.
Prancis tidak perlu "sok-sokan" dan berkoar-koar jika ingin menjadi penengah, menurutnya, cukup lakukan dengan cara yang tepat dan tidak mengirimkan pasokan senjata.
"Ngapain membuat pernyataan publik dan riuh, mengenai satu masalah atau lainnya: bahwa kami akan menjadi mediator, bahwa kami akan memberikan sejumlah rudal jarak jauh untuk ditembakkan ke wilayah Rusia. Sulit bagi saya untuk melihat sesuatu yang rasional dalam pernyataan ini," tegas Lavrov.
Ia melihat ada kesamaan antara Macron dengan pendahulunya.
“Pendahulu Tuan Macron, Tuan (Presiden Francois) Hollande, adalah seorang mediator, penjamin perjanjian Minsk, dan kemudian tahun lalu dia tiba-tiba berkata dengan bangga: 'Kami tidak ingin memenuhi apa pun di sana. Kami harus mengulur waktu untuk memompa Ukraina dengan senjata melawan Rusia,'" Lavrov mengingat kembali kata-kata mantan presiden Prancis tersebut, dan mencatat bahwa perjanjian Minsk telah didukung oleh Dewan Keamanan PBB.
“Jadi ketika Macron mengatakan, ‘Mari kita berikan rudal jarak jauh kepada Ukraina,’ itu adalah hal yang sama yang dikatakan Hollande ketika dia menjadi mediator,” ujar Lavrov.