Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Pasar Saham Lesu, China Luncurkan Langkah-langkah Baru untuk Tarik Kepercayaan Investor

SABTU, 19 AGUSTUS 2023 | 11:17 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Otoritas China meluncurkan langkah-langkah baru untuk menopang kepercayaan investor di pasar saham negara itu.

Regulator sekuritas utama, yaitu Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC), mengatakan akan memperkenalkan sejumlah langkah yang bertujuan untuk mempermudah perdagangan.

Dikutip dari Reuters, langkah-langkah itu termasuk pemotongan biaya perdagangan, melalui pengurangan biaya penanganan yang dibebankan oleh broker, serta pelonggaran aturan yang mengatur pembelian kembali saham. Ini akan memudahkan perusahaan untuk membeli kembali saham mereka

Regulator mengindikasikan juga sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang jam perdagangan untuk pasar saham dan obligasi negara dan kemungkinan pemotongan materai pada perdagangan saham.

Langkah-langkah tersebut mengikuti pembalikan tajam bulan ini di pasar saham dan obligasi di tengah melemahnya kepercayaan di kalangan investor.

Langkah-langkah lain yang dilakukan oleh CSRC termasuk mendorong pengembangan dana ekuitas dan dan meningkatkan daya tarik perusahaan yang terdaftar.

Banyak tindakan dilakukan setelah para pemimpin puncak China berjanji pada akhir Juli untuk menghidupkan kembali pasar saham, yang telah terhuyung-huyung di tengah pemulihan ekonomi negara yang lesu.

Indeks CSI 300 dari saham berkapitalisasi besar telah turun hampir 6 persen selama dua minggu terakhir,   menunjukkan kerugian untuk tahun 2023.

Di Hong Kong indeks Hang Seng, yang penuh dengan saham China, minggu ini mengalami kerugian mingguan terbesarnya, konon turun lebih dari seperlima dari puncak terbarunya.

Hilangnya kepercayaan mencerminkan sejumlah faktor, yang sebagian besar terkait dengan prospek ekonomi China yang memburuk.

Banyak yang mengatakan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah terjerumus ke dalam deflasi, fenomena di mana harga-harga turun secara konsisten, menekan pengeluaran rumah tangga dan bisnis.

China dikabarkan mengalami pertumbuhan ekonomi yang goyah, dengan aktivitas tertekan baik di sektor jasa maupun manufaktur. Sementara eksportir besar China berada di bawah tekanan di tengah melemahnya permintaan dari Barat.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Gegara Israel, World Central Kitchen Hentikan Operasi Kemanusiaan di Gaza

Minggu, 01 Desember 2024 | 10:08

Indonesia Harus Tiru Australia Larang Anak Akses Medsos

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:58

Gaungkan Semangat Perjuangan, KNRP Gelar Walk for Palestine

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:36

MK Kukuhkan Hak Pelaut Migran dalam UU PPMI

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:18

Jet Tempur Rusia Dikerahkan Gempur Pemberontak Suriah

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:12

Strategi Gerindra Berbuah Manis di Pilkada 2024

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:53

Kubu RK-Suswono Terlalu Remehkan Lawan

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:40

Pasukan Pemberontak Makin Maju, Tentara Suriah Pilih Mundur dari Aleppo

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:30

Dirugikan KPUD, Tim Rido Instruksikan Kader dan Relawan Lapor Bawaslu

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:06

Presiden Prabowo Diminta Bersihkan Oknum Jaksa Nakal

Minggu, 01 Desember 2024 | 07:42

Selengkapnya