Kondisi sawah yang kekeringan karena kemarau/Net
Puncak musim kemarau yang sudah berlangsung selama hampir 2 bulan ini membuat puluhan hektare lahan persawahan di kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, terancam gagal tanam.
Penyebabnya adalah berkurangnya debit aliran air irigasi yang mengairi persawahan milik warga yang sedang dalam proses tanam bibit padi.
Seperti yang dialami pemilik lahan sawah di kawasan kecamatan Pagar Alam Utara, Juansya, yang tanaman padinya berumur sekitar 20 hari terancam mati akibat kekurangan air.
Diceritakan Juansya, luas lahan sawah garapannya sekitar 2 hektare telah ditanami padi dan saat penanaman debit air irigasi persawahan memang sudah terlihat berkurang. Namun karena ada kesepakatan dari para pemilik lahan bergantian memakai air untuk mengairi persawahan masing-masing, maka ia tetap berusaha menanam padi di lahan miliknya.
Namun karena saat ini berada di musim kemarau, debit air irigasi setempat kian hari kian berkurang. Sementara tanah sawah cepat sekali menyerap air sehingga mengakibatkan tanaman padi baru mulai mengalami kekeringan yang berpotensi menghambat pertumbuhannya.
"Sudah sejak dua bulan lalu air irigasi debit airnya sudah mulai berkurang sementara petani pemakai air di kawasan ini ada sekitar 15 orang, total lahannya kurang lebih 20 hektare lebih. Untuk mengatasi persoalan ini kami sepakat untuk bergantian memakai air supaya tetap bisa menanam bibit, tapi karena kian hari debit air irigasi kian kecil jadinya sebagian lahan yang sudah ditanami kekurangan air dan tanaman padi mulai sebagian ada yang mati," tuturnya, dikutip
Kantor Berita RMOLSumsel, Rabu (16/08)
Jika kondisi ini tetap berlangsung, Juansya khawatir seluruh tanaman padi baru miliknya juga milik warga yang lain akan mati. Ujungnya, petani setempat akan merugi.
"Untuk modal pengolahan tanah sebelum tanam saja sudah jutaan, kemudian untuk pembibitan dan pupuk juga sudah keluar modal yang tidak sedikit. Jika tanaman padi kami mati karena kekeringan kami rugi besar," keluh Juansya.