Sebelum Jepang menyatakan mundur dan memberikan Indonesia kemerdekaan pada Agustus 1945 lalu, banyak peristiwa menarik yang terukir dalam sejarah pergerakan nasional.
Salah satunya berdiri sekolah politik yang diberi nama Asrama Indonesia Merdeka pada Oktober 1944 oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda, yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Sebagai bagian dari persiapan menjelang pemberian kemerdekaan oleh Jepang, Asrama Indonesia Merdeka berdiri dengan tujuan melatih dan mendidik para pemuda Indonesia untuk menghadapi masa kemerdekaan yang semakin dekat.
“Jepang telah berjanji memerdekakan Indonesia. Tidak lama lagi itu akan terjadi. Untuk itu generasi penerus yang akan menjadi inti dari bangsa ini setelah merdeka perlu dipersiapkan,” ujar Maeda kala itu, dengan nada pasti.
Meskipun Angkatan Perang Jepang mencoba menutup asrama tersebut, namun dengan semangat perjuangan yang tinggi, sekolah politik yang berada di Jalan Kebon Sirih No. 8 Jakarta Pusat berhasil mempertahankan eksistensinya.
Asrama itu diberi nama oleh Ahmad Soebardjo, mantan wartawan yang pada masa pendudukan Jepang yang menjabat sebagai kepala departemen penelitian Kaigun Bukanfu itu terinspirasi dari majalah bulanan Perhimpunan Indonesia kala itu.
“Asrama Indonesia Merdeka. Indonesia Merdeka, nama itu sama dengan yang saya berikan kepada, perkumpulan mahasiswa Indonesia di Nethederland, yang pimpinan redaksi majalah ini dipercayakan kepada saya,” tulis Soebardjo dalam buku Kesadaran Nasional.
Setelah itu, sekolah tersebut mulai beroperasi pada Oktober 1944 silam. Menariknya, para tokoh penting dalam sejarah Indonesia turut terlibat dalam Asrama Indonesia Merdeka sebagai pengajar. Di antaranya yaitu Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang memberikan pengajaran tentang sejarah gerakan nasionalis.
Sedangkan Wakil Presiden, Mohammad Hatta, mengajar tentang gerakan koperasi. Selain itu, Soebarjo, mantan wartawan yang kemudian menjadi diplomat ikut berbagi pengetahuannya tentang hukum internasional, serta para tokoh lainnya yang mengajar tentang taktik perang gerilya.
Berbagai pertemuan bersejarah telah berlangsung di Asrama tersebut, termasuk pada tanggal 15-16 Agustus 1945. Menjelang kemerdekaan para tokoh nasionalis bersatu dalam satu visi untuk menyatukan Indonesia di bawah bendera merah putih.
Sebelum kemerdekaan, seluruh siswa pada 15 Agustus 1945 turut memimpin rombongan pemuda, untuk mendesak Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sambil menanti kedatangan Soekarno-Hatta dari Rengasdengklok, pada 16 Agustus aktivitas di Asrama Indonesia Merdeka dikabarkan sibuk. Orang-orang merakit peledak, menyiapkan senjata dan mengatur pengamanan proklamasi.
Atas sejarah tersebut, asrama ini telah menjadi saksi bisu kemerdekaan indonesia, di mana gagasan-gagasan revolusioner diutarakan dan strategi taktis dihasilkan sebelum Indonesia merdeka.