Pengamat politik dari Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan/Net
Pidato Presiden Joko Widodo tentang sopan santun saat di Sidang Tahunan MPR 2023 mendapat kritikan tajam. Ini lantaran apa yang disampaikan Jokowi tersebut bukan hal yang substansial.
Pengamat politik dari Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan menilai bahwa persoalan utama bangsa saat ini adalah menurunnya spirit demokrasi, korupsi merajalela, dan keadilan sosial yang semakin jauh. Persoalan itu, sambungnya, juga sudah kerap disampaikan oleh kelompok oposisi seperti oleh Rocky Gerung, Jumhur Hidayat, dan Habib Rizieq.
“Jokowi yang mempersoalkan sopan santun terkait kata-kata Fir'aun, bajingan tolol, dan lainnya yang ditujukan padanya bukanlah hal substansial,” tegas Syahganda Nainggolan kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (16/8).
Menurutnya, masih banyak hal substansial yang bisa disampaikan Jokowi. Seperti memastikan pemilu jujur, adil, dan aman. Termasuk juga agar korupsi ditumpas ke akar-akarnya, serta memastikan pertumbuhan ekonomi memihak rakyat kecil.
Syahganda menyoroti, bahwa saling serang terkait pemilu sudah semakin bereskalasi. Terlebih setelah Jokowi gagal mengisyaratkan netralitas dalam pilpres ke depan.
“Isu Gibran akan menjadi cawapres Prabowo, misalnya, telah menciptakan ketegangan antara PDIP dan Prabowo Subianto. Padahal, seharusnya Jokowi, sebagai pemimpin negara dapat menahan diri agar anaknya tidak masuk dalam bursa cawapres, yang terkesan dipaksakan,” lanjut Syahganda.
Untuk pemberantasan korupsi, Jokowi perlu lebih tegas dalam mengungkap berbagai kasus. Khususnya ekspor nikel 5 juta ton ilegal ke China, yang sudah diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Terakhir, fokus pembangunan ekonomi ke depan lebih pro rakyat. Misalnya, kenapa 3,3 juta hektare sawit ilegal mau diputihkan pemerintah dan diberikan kepada pengusaha nakal, bukannya diberikan kepada petani sawit,” demikian Syahganda.
Dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR 2023, Jokowi mengaku sedih budaya sopan santun dan budi pekerti luhur mulai hilang dari masyarakat Indonesia. Apalagi, dirinya seringkali dihina dan dicibir melalui media sosial.
Secara pribadi Jokowi tidak marah. Hanya saja dia menyayangkan budaya sopan santun sudah tidak ada lagi di masyarakat.
"Tapi yang membuat saya sedih budaya santun budi pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang. Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia," ujar Jokowi.