Perdana Menteri Irak dan Panglima Angkatan Bersenjata, Mohammed Shia al-Sudani dalam pertemuan dengan komandan Angkatan Bersenjata dan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), anggota Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan serta militer pada Senin, 14 Agustus 2023/Net
Irak tidak lagi membutuhkan kehadiran pasukan tempur asing di wilayahnya untuk memerangi ISIS.
Hal tersebut ditegaskan oleh Perdana Menteri dan Panglima Angkatan Bersenjata, Mohammed Shia al-Sudani, pada Senin (14/8), dalam pertemuan dengan komandan Angkatan Bersenjata dan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF).
Hadir juga dalam pertemuan itu anggota Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan, serta pasukan militer yang ikut serta dalam perang melawan organisasi teroris ISIS.
“Saat ini, Irak tidak memerlukan kehadiran unit tempur asing di dalam perbatasannya,” kata Sudani.
Menurut Sudani, meskipun ISIS masih memiliki antara 5.000 hingga 7.000 anggota di wilayah bekas kubunya di Suriah dan Irak, namun Irak kini tengah berupaya memetakan arah kerja sama dengan mitra koalisi internasional anti-ISIS untuk kolaborasi melawan kelompok tersebut di masa depan.
Seperti dikutip
Al Awsat, Selasa (15/8), pernyataan tersebut dikeluarkan oleh PM Sudani setelah menurunnya serangan ISIS di wilayahnya tersebut, dan setelah pembebasan kota Mosul dari cengkraman kelompok teroris itu.
Dalam penjelasannya, Sudani mengatakan bahwa setelah berhasil mengusir ISIS, masyarakat Irak telah merasakan semangat persatuan yang baru, yang berhasil mengatasi kekerasan dan perpecahan sektarian yang telah terjadi selama beberapa tahun.
Kini, PM Irak itu telah menegaskan kembali komitmennya untuk secara profesional meningkatkan perannya dalam mengkonsolidasikan keamanan, menjaga perdamaian sipil, dan menjaga kehidupan bagi semua warga Irak.
Sejak Sudani menjadi perdana menteri pada akhir Oktober 2022 lalu, serangan terhadap kamp tentara dan konvoi logistik pasukan koalisi internasional dikabarkan telah mengalami penurunan.
Bulan lalu, para menteri luar negeri dari Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS bertemu di Arab Saudi untuk membahas peningkatan upaya kontraterorisme sipil dan pendanaan kontraterorisme jangka panjang di Irak. Hal ini dilakukan sejalan dengan usaha stabilisasi di wilayah-wilayah yang berhasil dibebaskan dari cengkeraman ISIS.