Cuplikan video Korea Reomit/Net
Gelaran Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan menjadi ramai diperbincangkan setelah berita kekacauannya beredar di media sosial.
Acara jambore yang digelar di Sae Man Geum, Kabupaten Buan, Provinsi Jeolla Utara, diikuti oleh lebih dari 43.000 peserta dari 158 negara.
Tetapi ribuan peserta dari beberapa kontingen memilih untuk meninggalkan tempat acara karena cuaca panas dan banyak peserta yang cedera atau jatuh sakit.
Banyaknya keluhan yang dilaporkan peserta, membuat Korea Selatan sebagai tuan rumah dinilai gagal, bahkan dicap memalukan.
Selain faktor cuaca panas ekstrem, ternyata banyak penyebab lain yang mengakibatkan acara internasional itu dicibir banyak pihak.
Mengutip postingan video youtube Korea Reomit berjudul "Acara Internasional Jambore yang Memalukan Korea", redaksi merangkum faktor-faktor yang membuat acara pramuka dunia di Korea itu kacau.
1. Kamar Mandi yang KotorTempat mandi yang disedikan pihak Korea Selatan untuk para peserta dinilai tidak layak karena bangunannya terbuat dari tirai yang membuat peserta risih dan tidak nyaman menggunakannya.
Atapnya hanya dilapisi tirai, maka suhu di dalam kamar mandi menjadi lebih panas. Terlebih lagi, saat acara digelar suhu di Korea Selatan mencapai lebih dari 43 derajat celcius.
Kloset yang tersedia juga sangat kotor dan bau, padahal untuk mengikuti acara jambore dunia di Korea, setiap peserta dipungut biaya hingga Rp 13,65 juta. Sementara warga asli Korea dikenakan biaya lebih mahal yakni Rp 17 juta.
2. Tenda yang Lembab dan Panas
Acara jambore sebenarnya diadakan di sebuah ladang pertanian. Karena wilayah Korea Selatan sempat diguyur hujan, area tanah di sana menjadi lembab dan basah.
Peserta yang datang kesulitan untuk memasang tenda karena tanah yang tergenang air. Tuan rumah justru memberikan palet atau kayu yang lebih tinggi di dalam tenda sehingga peserta bisa tidur tanpa kebasahan.
Namun, nyatanya palet itu membuat mereka tidak nyaman tidur karena permukaanya yang tidak rata.
Belum lagi cuaca panas yang menyengat, yang menurut salah satu reporter di sana suhu dalam tenda peserta bisa mencapai 33,9 derajat celcius.
Karena tidak nyaman, akhirnya mereka tidur di jalan-jalan, atau di gedung-gedung fasilitas dengan jumlah AC yang terbatas. Ada beberapa tempat yang memiliki kipas angin, tetapi hanya diperuntukkan bagi staf.
3. Makanan yang Dijual dengan Harga Dua Kali Lipat
Salah satu supermarket ternama di Korea GS25 menjual barang di tempat jambore dengan harga dua kali lipat dari harga pasar Korea. Padahal mereka mengetahui bahwa peserta yang datang adalah anak-anak remaja.
Bahkan laporan lain menyebut bahwa bahan makanan yang dibagikan panitia juga sebagian sudah dalam keadaan tidak layak.
4. Banyak yang Sakit
Di hari pertama jambore, tercatat 400 anak yang membutuhkan bantuan medis. Hari kedua 992 dan hari ketiga 1.486 anak.
Di area jambore, hanya ada 5 klinik dan satu rumah sakit. Tetapi salah satu klinik terpaksa tutup karena kekurangan personel.
Ini bukan kali pertama bagi Korea menjadi tuan rumah jambore pramuka dunia. Pada tahun 1991, negara itu pernah menggelar jambore di provinsi Gangwan, Kabupaten Goseong dan dinilai cukup baik.
Korea dipilih sebagai tuan rumah jambore ke 25 pada tanggal 16 Agustus 2017. Itu Artinya Korea memiliki waktu enam tahun untuk mempersiapkan acara tersebut.
Lebih mengejutkan lagi, ternyata pemerintah Korea menyiapkan dana Rp 1,157 triliun untuk acara jambore. Jumlah yang sangat fantastis apalagi jika ditambah dengan pungutan wajib yang dikenakan terhadap seluruh peserta.