Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin/Net
Setelah Belarusia, kelompok tentara bayaran Wagner juga siap meningkatkan kehadiran militernya di Afrika.
Begitu yang disampaikan Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin, dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat Reuters pada Sabtu (29/7).
Prigozhin membantah tuduhan yang menyebut tentaranya telah kabur dari Afrika setelah kudeta gagal di Rusia Selatan. Bahkan Bos Wagner itu mengaku siap memperbesar pengaruh kelompok dan mengembangkan hubungan dengan negara-negara Afrika.
"Kami tidak mengurangi (kehadiran kami), apalagi kami siap untuk meningkatkan berbagai kontingen kami," ungkapnya.
Prigozhin mengonfirmasi bahwa Wagner memang telah dikerahkan ke Republik Afrika Tengah menjelang referendum konstitusional pada 30 Juli yang dapat membuat Presiden Faustin-Archange Touadera memperpanjang masa jabatannya.
"Pasukan baru telah tiba, kami menguasai wilayah republik," katanya, tanpa menyebutkan jumlah pasukan.
Pada 2018, Wagner membantu pemerintah Afrika Tengah untuk memadamkan perang saudara yang telah berkecamuk sejak 2012.
Peran Wagner di CAR, Mali, dan tempat lain di Afrika menjadi perhatian pemerintah Barat, termasuk Prancis dan Amerika Serikat.
Washington menuduh kelompok itu melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil dan menjatuhkan sanksi sebagai organisasi kriminal.
Berjuang di pihak Rusia, Wagner telah mengambil bagian dalam beberapa pertempuran paling berdarah dari perang Ukraina.
Tetapi perannya dipertanyakan ketika Prigozhin melakukan pemberontakan singkat bulan lalu yang membuatnya harus diasingkan ke Belarusia dan tidak dilibatkan lagi dalam perang Ukraina.
Di Belarusia, Wagner sepakat untuk melatih tentara di sana. Latihan tersebut dinilai sebagai ancaman bagi anggota NATO karena dilakukan dekat perbatasan Polandia.