Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto/RMOL
Indonesia merupakan negara penghasil dan memiliki pabrik nikel. Pabrik itu fokus mengolah nikel sulfat yang merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.
Kendaraan listrik ramah lingkungan itulah yang nantinya digunakan untuk generasi mendatang, pengganti sumber energi seperti minyak bumi dan batubara.
Namun, bila produksi nikel tidak dibatasi dan terus digencarkan tanpa ada regulasi yang mengatur, maka nikel Indonesia diperkirakan akan habis dalam 7 tahun mendatang.
Pandangan itu disampaikan Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto, dalam acara “Short Course Energi Sumber Daya Mineral dan Lingkungan Hidup” yang digelar Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (25/7).
Mulanya Andi berbicara soal geopolitik yang terjadi di belahan dunia, di mana perubahan sumber energi dari minyak atau energi coklat, perlahan mulai beralih ke energi terbarukan yang ramah lingkungan atau energi hijau, salah satunya kendaraan listrik yang menggunakan nikel sebagai baterai penggeraknya.
"Kalau nikel yang ditambang sekarang tidak diatur, diperkirakan 7 tahun lagi akan habis," kata Andi.
Andi pun menyebutkan, pengaturan bisa dilakukan untuk membatasi produksi nikel.
"Kalau tidak hati-hati, salah satu skenario kami, nikel habis dalam 7 tahun, sehingga benar-benar harus sinergi untuk hilirisasi komoditas energi," kata Andi.
Pengaturan itu, lanjutnya, juga diperlukan untuk menjaga apabila habis cadangan, Indonesia bakal justru impor dari negara lain.