Berita

Awan atom naik 25 Juli 1946 selama ledakan "Hari Baker" di Pulau Bikini, wilayah Kepulauan Marshall, di Pasifik/Net

Dunia

Kepulauan Marshall Minta AS Tingkatkan Nilai Kompensasi atas Uji Coba Nuklir

SABTU, 15 JULI 2023 | 09:38 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Kepulauan Marshall telah meminta Washington untuk meningkatkan pembayaran kompensasi kepada negara pulau Pasifik itu di tengah perjuangan melawan dampak kesehatan dan lingkungan yang disebabkan program pengujian nuklir Amerika Serikat.

Berbicara pada sidang kongres AS di Washington pada Kamis, Menteri Luar Negeri Kepulauan Marshall, Jack Ading, mengatakan kelanjutan dari Compact of Free Association (COFA) negaranya dengan Amerika Serikat dilakukan pada bulan Januari tanpa otorisasi domestik yang memadai, untuk memenuhi tenggat waktu anggaran pemerintahan Biden.

“Ada masalah lain yang perlu dimasukkan, dan terutama pendanaan untuk populasi yang terkena dampak nuklir,” kata Ading kepada Komite Senat untuk Energi dan Sumber Daya Alam, seperti dikutip dari AFP, Jumat (14/7).

Kepulauan Marshall adalah salah satu dari tiga negara kepulauan Pasifik yang memiliki perjanjian COFA dengan Amerika Serikat. Sesuai perjanjian, Washington menyediakan aset untuk kebutuhan pertahanan kepulauan itu dan memasok bantuan ekonomi, sebagai imbalan atas akses strategis ke Pasifik.

AS diperkirakan akan memberikan kontribusi sekitar 7,1 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan keuangan kepada ketiga negara, termasuk Mikronesia dan Palau selama 20 tahun ke depan.

Pasukan militer AS melakukan 67 uji coba bom nuklir di kepulauan itu antara tahun 1946 dan 1958. Ini termasuk ledakan termonuklir Castle Bravo di Bikini Atoll pada tahun 1954, yang tetap menjadi bom terbesar yang pernah diledakkan oleh Amerika Serikat, membentuk bola api berdiameter 4,5 mil yang terlihat lebih dari 250 mil.

Institut Kanker Nasional AS telah mengatakan bahwa hingga 55 persen dari semua kanker di atol utara adalah akibat dari kejatuhan nuklir, dan dapat langsung dilacak ke ledakan Castle Bravo.

Tahun lalu, lebih dari 100 kelompok aktivis, termasuk juru kampanye lingkungan dan pengendalian senjata, mendesak pemerintahan Biden untuk secara resmi meminta maaf kepada Kepulauan Marshall atas program uji coba nuklirnya.

Joe Yun, kepala negosiator AS dengan tiga negara Pasifik, mengatakan pada sidang hari Kamis bahwa dia bingung dengan permintaan Kepulauan Marshall.

Dia mengungkapkan bahwa masalah pertanggungjawaban nuklir telah diselesaikan oleh kedua belah pihak pada 1980-an, dan pengaturan mereka yang ada berisi ketentuan untuk dana perwalian 700 juta dolar AS, yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan uji coba nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun.

"Saya telah memberitahu rekan-rekan saya di Marshall: Dengar, tidak ada lagi uang," kata Yun.

Dia juga mengatakan bahwa dirinya yakin pemilihan November dan desas-desus tentang mosi tidak percaya yang akan datang terhadap Presidennya David Kabua mungkin telah mempengaruhi permintaan tersebut.

Ading membantah klaim tersebut, mengatakan dia sedih dan kecewa dengan komentar Yun.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya