Berita

Ketua Lampung Corruption Watch (LCW) Juendi Leksa Utama/Net

Nusantara

Korupsi Perjalanan Dinas DPRD Tanggamus Dilarang Diberitakan, LCW Desak Kejagung Periksa Kejati Lampung

SABTU, 15 JULI 2023 | 00:40 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Kejaksaan Agung (Kejagung) diminta menurunkan jaksa pengawasnya ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung. Tujuannya memeriksa permasalahan terkait ekspose dan rilis kasus dugaan korupsi perjalanan Dinas DPRD Tanggamus, namun Kasi Penkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung, I Made Agus Putra Adnyana minta berita tersebut ditarik atau tidak diterbitkan.

Ketua Lampung Corruption Watch (LCW) Juendi Leksa Utama mengatakan, Kejagung perlu melakukan pengawasan ketat terhadap Kejati Lampung dalam menangani kasus-kasus korupsi. Hal ini, untuk memastikan penanganan kasus korupsi dilakukan secara profesional, tanpa intervensi politik, dan maupun dari pihak manapun.

"LCW mendesak dan mendorong Kejagung menurunkan jaksa pengawas melakukan pemeriksaan internal terhadap kasus dugaan pelanggaran etik di Kejati Lampung, terutama kasus dugaan korupsi perjalanan Dinas DPRD Tanggamus," kata Juendi Leksa Utama dikutip Kantor Berita RMOLLampung, Jumat (14/7).

Bagi Juendi, permintaan dari Kasi Penkum Kejati Lampung melalui group WhatsApp kepada para wartawan untuk tidak menayangkan berita terkait konferensi pers sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, wartawan memiliki peran penting sebagai penjaga kebenaran, kontrol sosial dan penyampai informasi kepada masyarakat melalui media masing masing.

"Membatasi atau membatalkan pemberitaan peliputan terkait kasus korupsi dapat menciptakan keraguan dan menghambat transparansi penanganan kasus tersebut," tuturnya.

Dia menambahkan terkait ada klaim dari Kasi Penkum bahwa permintaan untuk tidak menerbitkan berita atas perintah pimpinannya, hal ini juga perlu dijelaskan secara utuh.

Pun juga alasan yang disampaikan Kasi Penkum untuk tidak menaikkan berita karena kondusifitas daerah, menurutnya, tidak dapat diterima.

"Menyembunyikan informasi terkait kasus korupsi berpotensi menciptakan upaya untuk melindungi pelaku yang seharusnya dikenai tindakan hukum. Kondusifitas daerah tidak boleh menjadi alasan untuk menutupi kebenaran," tandasnya.

Populer

Pesawat Nepal Jatuh, Hanya Satu Orang yang Selamat

Rabu, 24 Juli 2024 | 15:16

KPK Bakal Audit Semua Rumah Sakit Telusuri Dugaan Fraud BPJS Kesehatan

Rabu, 24 Juli 2024 | 18:51

Pemindahan Ibu Kota Negara Ambisi Picik Jokowi

Sabtu, 27 Juli 2024 | 01:29

Jupiter Protes Razia Barang Impor Ilegal ke Pedagang: Nasib UMKM Makin Ambyar

Jumat, 19 Juli 2024 | 11:02

KPK Tindak Tiga Rumah Sakit Pelaku Fraud BPJS Kesehatan

Rabu, 24 Juli 2024 | 18:17

Menkeu: Inggris Bangkrut, Kondisi Keuangan Hancur

Minggu, 28 Juli 2024 | 17:54

Christine Hutabarat Dicecar Soal Akuisisi Diduga Korupsi di ASDP

Rabu, 24 Juli 2024 | 13:52

UPDATE

Buru Harun Masiku, KPK Kembali Periksa Wahyu Setiawan

Senin, 29 Juli 2024 | 10:05

Emas Antam Naik Lagi, Termurah Dibanderol Rp751 Ribu

Senin, 29 Juli 2024 | 09:49

Iran Kecam Penutupan Pusat Keislaman di Jerman

Senin, 29 Juli 2024 | 09:35

Bocoran Terbaru iPhone 17 Slim, Hanya Dibekali Satu Kamera Belakang

Senin, 29 Juli 2024 | 09:27

PAN Ingatkan Muhammadiyah Hati-hati Kelola Tambang

Senin, 29 Juli 2024 | 09:16

Siapa Sebenarnya Pelaku Pembantaian Golan, Israel atau Hizbullah?

Senin, 29 Juli 2024 | 09:15

Di Tengah Skandal Bapanas-Bulog, Pakar Ingatkan Dampak Stok Beras Terhadap Harga Pasar

Senin, 29 Juli 2024 | 09:07

PBNU Perlu Lupakan PKB

Senin, 29 Juli 2024 | 09:04

Tersandung Skandal Drone Mata-mata di Olimpiade Paris 2024, Pelatih Timnas Kanada Minta Maaf

Senin, 29 Juli 2024 | 08:52

IHSG Diproyeksi Menguat Dipicu Indeks Global

Senin, 29 Juli 2024 | 08:40

Selengkapnya