Para pekerja berdiri di luar reaktor 4 saat mereka melanjutkan proses dekontaminasi radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi milik Tokyo Electric Power Co. pada 25 Februari 2016/Net
Pemerintah China menanggapi dukungan pengawas nuklir PBB atas rencana Jepang membuang air limbah yang terkontaminasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi ke Samudera Pasifik.
Berbicara pada Selasa (11/7), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sempat mengeluarkan pernyataan sarkas dengan mengatakan bahwa mereka yang percaya air itu aman harus meminumnya dan berenang di dalamnya.
Komentar Wang datang ketika dia ditanya tentang pernyataan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi baru-baru ini yang menggembar-gemborkan keamanan air limbah Fukushima.
“Jika beberapa orang berpikir bahwa air yang terkontaminasi nuklir dari Fukushima aman bahkan jika tertelan, kami menyarankan agar Jepang menyimpan air yang terkontaminasi nuklir itu untuk diminum atau berenang oleh orang-orang ini daripada membuangnya ke laut dan menyebabkan kekhawatiran luas secara internasional,” kata Wang, seperti dikutip dari RT, Rabu (12/7).
IAEA pekan lalu menyetujui rencana Tokyo untuk melepaskan air limbah Fukushima ke laut, lebih dari satu dekade setelah tsunami yang dipicu gempa membanjiri pabrik dan menyebabkan tiga reaktornya meleleh.
Pabrik terus memproduksi sekitar 100 meter kubik air limbah setiap hari, dan tempat penyimpanannya hampir habis. Pejabat Jepang bersikeras bahwa air tersebut memenuhi standar keamanan internasional setelah diolah untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktifnya.
Wang mengklaim bahwa tinjauan IAEA tentang rencana pembuangan terlalu terfokus dan tergesa-gesa mencapai kesimpulan yang gagal mengatasi masalah keamanan internasional.
“IAEA tidak menilai kemanjuran dan keandalan fasilitas perawatan Jepang dalam jangka panjang dan karena itu tidak dapat menjamin bahwa semua air yang terkontaminasi nuklir akan mencapai standar setelah perawatan dalam 30 tahun ke depan,” kata Wang.
“Dampak pembuangan jangka panjang terhadap lingkungan laut dan keamanan pangan bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah ditarik kesimpulannya oleh IAEA," ujarnya.
Juru bicara China juga berpendapat bahwa penilaian IAEA seharusnya tidak menjadi keputusan akhir tentang masalah ini.
“Jepang tidak bisa hanya menggunakan laporan IAEA sebagai lampu hijau untuk pembuangan air laut,” kata Wang.
Warga Korea Selatan telah memprotes temuan IAEA ketika Grossi mengunjungi Seoul pada Minggu (9/7).
Anggota parlemen Korea Selatan Woo Won-shik, pemimpin partai oposisi utama negara itu, menuduh badan pengawas nuklir itu berpihak pada Jepang sejak awal. Dia mengatakan IAEA gagal menyelidiki dengan baik dampak pembuangan air limbah di negara-negara tetangga.