Berita

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (tengah)/Ist

Politik

Mandatory Spending Harus Dilanjutkan, Alasan Demokrat Tolak Pengesahan RUU Kesehatan

SELASA, 11 JULI 2023 | 23:58 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

. Hilangnya mandatory spending alokasi anggaran bidang kesehatan dan liberalisasi tenaga kesehatan medis jadi alasan pokok Partai Demokrat menolak pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan.

Begitu dikatakan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, usai Rapat Paripurna DPR RI ke-29 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2022-2023 di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (11/7).

“Selaku Ketua Fraksi Partai Demokrat saya telah beberapa kali menerima audiensi dan mendapatkan pandangan dari berbagai macam stakeholder. Posisi Partai Demokrat memang belum menyetujuinya,” kata Ibas.

Soal mandatory spending, menurutnya, negara sudah sepatutnya mengalokasikan anggaran untuk sektor kesehatan.

Dia mencontohkan skema mandatory spending dalam UU Kesehatan tahun 2009, era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu pemerintah mematok anggaran kesehatan paling kecil 5 persen dari nilai total Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

“Jadi clear di situ, bahwa Fraksi Demokrat menginginkan mandatory spending 5 persen untuk bidang kesehatan. Bahkan kalau perlu ditingkatkan,” tegasnya.

Ibas juga menyorot terkait liberalisasi dokter dan tenaga medis asing menjalankan praktik di Indonesia.

Partainya mendukung modernisasi rumah sakit dan peningkatan kompetensi dokter serta tenaga medis, tapi kemajuan tidak hanya pada infrastruktur kesehatan. Sumber daya, para dokter, para perawat, dan tenaga lain juga perlu.

Liberalisasi dokter dan tenaga medis asing yang sangat berlebihan, menurutnya, tidak tepat dan tidak adil. Sama seperti protes masyarakat ketika tenaga kerja asing terlalu melebihi kewajaran dalam satu bidang usaha skala tertentu.

“Ingat, dokter di Indonesia kalau mau praktik di luar negeri juga ada aturan. Saya pikir tidak semudah dibayangkan pergi ke Singapura, Australia, Amerika, Tokyo, Eropa dan seterusnya," tandasnya.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Bey Machmudin Ogah Dipinang Demokrat Maju Pilgub Jabar

Rabu, 15 Mei 2024 | 02:41

UPDATE

Rupiah Tertekan ke Level Rp15.985 per Dolar AS

Jumat, 17 Mei 2024 | 12:08

Makan Siang Gratis Didorong Jadi Social Movement

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:44

Adik Kim Jong Un Bantah Ada Transaksi Senjata dengan Rusia

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:40

Kementerian Baru Harus Akomodir Kebutuhan Anak Muda

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:30

Penertiban NIK Jangan Sampai Ganggu Hak Nyoblos Warga

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:29

Kapal Pembawa Pasokan Senjata Israel Dilarang Berlabuh di Spanyol

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:24

Prabowo Mesti Coret Nadiem Makarim dari Daftar Menteri

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:20

Rumah Mewah Bak Istana Tersangka Korupsi Timah Disita

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:18

Stafsus BKPM Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:03

Tokoh Masyarakat Jagokan Dailami Maju Pilgub Jakarta

Jumat, 17 Mei 2024 | 10:51

Selengkapnya