Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto/RMOL
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) membuka peluang bagi sejumlah partai politik yang hendak bergabung, tapi jatah kursi Capres dan Cawapres sepenuhnya di tangan Partai Gerindra dan PKB.
Sejauh ini ada dua Parpol yang berpeluang gabung di KKIR, Golkar dan PAN. Baik Prabowo maupun Cak Imin sudah bertemu Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, demikian juga Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, yang sempat menyodorkan nama Erick Thohir sebagai Bacawapres.
Masalahnya tiket Capres sudah dipegang Prabowo Subianto, Bacawapres serahkan kepada PKB, dalam hal ini Muhaimin Iskandar.
Wakil Sekjen PKB, Syaiful Huda, menuturkan, jika Golkar dan PAN ikut bergabung KKIR, akan diberi jatah di kursi kabinet.
“Masih banyak
power sharing, di kabinet atau tempat lain,” kata Syaiful Huda, di rumah dinas Muhaimin Iskandar, Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Minggu (9/7).
Soal Golkar dan PAN yang menyodorkan nama Bacawapres ke KKIR, Syaiful Huda mengaku bakal membahasnya lebih lanjut dan detail.
“Ya wajar sih, semua partai pasti ingin kadernya didorong, tapi mau gak mau kita harus kompromi dengan kondisi objektif. Kan kondisinya PKB-Gerindra, Pak Prabowo dan Gus Muhaimin sudah duluan,” tukasnya.
Huda juga mengingatkan, Prabowo sempat kalah di Jatim dan Jateng, karena kedua wilayah itu basis NU. Dengan gabung PKB, suara di Jatim dan Jateng bisa dikatrol keduanya.
Ketua Komisi X DPR RI itu juga mengatakan,
power sharing akan dibahas detail, jika PAN dan Golkar bersepakat gabung.
Terkait kursi kabinet jika Prabowo menang, menurut Huda, jatah partai politik pengusung dan pendukung KKIR tentu normatif.
“Tapi mereka kan belum pasti gabung. Masih mikir, masih di poros yang sudah ada. Prinsip PKB sih, Pilpres harus lebih 3 pasangan,” tandasnya.