Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Presiden RI Joko Widodo/Net
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia hari ini membawa tujuan besar, khususnya demi mencapai cita-cita Indonesia menjadi pusat pengembangan kendaraan listrik dunia.
Jokowi terbang ke Sydney, Australia pada Senin (3/7). Dalam paparannya sebelum berangkat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jokowi menyebut kunjungannya ke Australia kali ini sangat strategis. Pasalnya ia akan mengikuti rangkaian Annual Leaders' Meeting 2023 bersama Perdana Menteri Anthony Albanese.
Jokowi juga akan bertemu gubernur jenderal dan para CEO di Australia yang telah dan akan investasi di Indonesia.
"Bidang prioritas yang akan dibahas di Australia mencakup investasi, perdagangan, bidang kesehatan, transisi energi, dan peningkatan sumber daya manusia," kata presiden.
Menurut peneliti dari Australia National University, Dr Arianto Patunru, kunjungan Jokowi ke negeri kanguru tidak lain dan tidak bukan akan membahas peluang kolaborasi pengembangan kendaraan listrik.
Selama ini pemerintahan Jokowi berusaha untuk mengembangkan peluang cadangan nikel yang sangat besar di Indonesia. Bahkan dengan melarang ekspor bijih nikel demi bisa menghasilkan produk dengan nilai lebih, yang saat ini difokuskan pada baterai kendaraan listrik.
Kendati begitu, Indonesia tidak bisa sendiri menghasilkan produk tersebut. Umumnya kendaraan listrik menggunakan baterai lithium-ion. Komponen utama sel baterai ini memang nikel, namun diperlukan mineral lain seperti lithium.
Alhasil, Indonesia perlu menggaet pihak lain. Salah satu pihak yang dinilai sangat potensial adalah Australia, yang dikenal miliki cadangan lithium yang besar.
"Indonesia perlu berkolaborasi dengan negara lain, salah satunya adalah Australia," ujar Dr Arianto, seperti dikutip
ABC News, Minggu (2/7).
Keinginan Indonesia untuk bermitra dengan Australia sudah sering disuarakan, termasuk oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selama kunjungannya ke Australia pada Februari lalu.
"Kami sadar bahwa cita-cita menjadi 'raja' baterai kendaraan listrik dunia bukan hal yang mudah. Maka dari itu rasanya perlu memiliki mitra kerjasama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik," kata Luhut di akun Instagram-nya ketika itu.