Ekonom senior, DR. Rizal Ramli
Polri diharapkan dapat memperbaiki sistem rekrutmen, promosi, dan pendidikan. Jangan sampai di usia yang sudah 77 tahun masih ditemukan adanya “uang pelicin” dalam sistem rekrutmen.
Begitu pesan ekonom senior, DR. Rizal Ramli dalam acara diskusi Total Politik berjudul "Ujian Polisi Jelang Tarung Ganjar, Anies, dan Prabowo" yang diunggah di Kanal YouTube Total Politik, Jumat (29/6).
"Waktu saya Menko Maritim Jokowi, Jokowi memang tanya kepada saya, gimana Mas Rizal perbaiki polisi. Saya katakan ke Jokowi, sebenarnya nggak susah-susah amat, dimulai dari pembenahan rekrutmen, promosi, dan
assignment,” ujar Rizal seperti dikutip
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (2/7).
Menurutnya, selama ini, proses rekrutmen, pendidikan, maupun penugasan selalu menggunakan uang.
Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini lantas mengingatkan bahwa dirinya turut andil dalam memisahkan Polri dan TNI. Tujuan utamanya, adalah agar Polri dapat benar-benar mengayomi masyarakat.
"Ide pemisahan ini ditolak oleh para jenderal, mereka pada lobi ke Gus Dur agar polisi tetap menjadi bagian dari ABRI. Saya sampaikan ke Jurubicara Gus Dur, yaitu Mas Adhie Massardi agar Gus Dur tanda tangan saja pemisahan Polri dari TNI,” kisahnya.
Mula-mula, praktik ini berjalan baik. Namun seiring berjalan waktu Polri justru semakin kuat secara militer. Peralatan hingga anggaran yang dimiliki bahkan tiga kali lebih besar dari TNI.
Atas alasan itu dia meminta polisi untuk tidak multifungsi. Artinya, tidak cawe-cawe di berbagai bidang politik.
“Jangan sibuk mematai-matai oposisi. Polisi itu khitahnya jadi pengayom masyarakat, bukan alat pemerintah sekadar buat jadi satpamnya pemerintah," kata Rizal.
Mantan Kabulog ini menaruh harapan agar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Sigit dapat melakukan pembaruan dan perbaikan di internal Polri.
“Di samping kelemahan senioritas dan pengalaman, Listyo orang yang nggak neko-neko, relatif netral, dia terbuka terhadap pembaruan dan perbaikan," pungkas Rizal.