Salwan Momika, pelaku pembakar Al Quran/Net
Moskow mengecam keputusan Pemerintah Swedia yang mengizinkan aktivis anti-Islam menggelar demonstrasi pembakaran Al Quran di Stockholm.
Dalam pernyataannya pada Kamis (29/6), Duma Negara atau majelis rendah parlemen Rusia mengklaim bahwa tindakan itu akan menyebabkan ketegangan agama dan etnis yang meningkat.
"Anggota parlemen Rusia mengecam keras tindakan vandalisme yang disetujui oleh otoritas Swedia. Penodaan benda-benda suci tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara dan beragama, dan dengan prinsip-prinsip demokrasi," isi pernyataan Duma Negara Rusia.
Unjuk rasa itu sendiri terjadi di tengah perayaan Iduladha, salah satu hari raya utama umat Islam.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan Salwan Momika, pelaku pembakar Al Quran, menginjak-injak kitab suci itu, merobek halamannya, lalu membakarnya.
Sebelum beraksi, Momika mengungkap alasan membakar kitab suci demi menunjukkan pentingnya kebebasan berpendapat.
Polisi Swedia mengatakan Momika, yang berasal dari Irak itu, sedang diselidiki karena menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu.
Duma Negara Rusia tidak sendirian dalam menegur Stockholm. Sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim mengadopsi sikap yang sama.
Insiden tersebut juga ikut memicu kemarahan dari Turkiye, yang saat ini menghalangi upaya Swedia untuk menjadi anggota NATO. Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dalam pernyataannya mengatakan pembakaran Al Quran sebagai "tindakan tercela".
“Tidak dapat diterima untuk mengizinkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan mengerikan seperti itu berarti terlibat,” tulis Fidan di Twitter.
Pemerintah Irak juga mengutuk tindakan tersebut, menyebutnya rasis dan mempromosikan kekerasan dan kebencian.
Maroko melangkah lebih jauh dengan memanggil duta besar Swedia sebagai protes.