Wasekjen PBSA, Fadhli Ali/RMOLAceh
Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Provinsi Aceh dimanfaatkan oleh Wakil Sekjen Persaudaraan Barat Selatan (PBSA), Fadhli Ali, untuk mengingatkan soal terowongan Geurutee, Aceh Jaya, yang dulu pernah dijanjikan akan dibangun. Saat ini jalur Gunung Geurutee, Kulu dan Paro, rawan longsor, sempit serta kerap macet.
"Bahkan nyaris setiap hari perjalanan di lintas jalan itu harus dilalui dalam durasi waktu yang beragam, mulai yang bermenit-menit hingga berjam-jam, karena terjadi kemacetan," kata Fadhli Ali kepada Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (27/6).
Menurut Fadhli, pembangunan untuk mengantisipasi terjadinya longsor dan bencana di jalan nasional yang berada di sisi gunung Geurutee tersebut sudah sejak lama disuarakan.
Lebih lanjut Fadhli menjelaskan, sebelumnya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Men PUPR), Basoeki Hadimoeljono juga sudah pernah meninjau kondisi badan jalan nasional lintas Geurutee tersebut pada 2015 silam. Saat itu Menteri Basoeki menilai kondisi jalan tersebut memang sangat rawan dan membahayakan pengguna jalan.
Basoeki sendiri, kata Fadhli, dalam beberapa publikasi sejumlah media massa, setuju dibangun terowongan di gunung Geurutee yang berada di antara Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya. Seperti yang diusulkan Gubernur Aceh saat itu, Zaini Abdullah, kepada Presiden Jokowi.
Menurut Fadhli, setelah respons positif atau lampu hijau dari Pemerintah Pusat, mengenai terowongan Geurutee, maka harus ada semangat menindaklanjuti dan terus konsisten mengawal aspirasi masyarakat, agar harapan itu bisa terwujud.
Fadhli juga meminta anggota DPR Aceh asal Barat Selatan Aceh (Barsela) jangan hanya bicara atau memperhatikan sebentar, lalu kemudian diam dan tidak konsisten.
"Apa tunggu lebih banyak mobil jatuh ke jurang atau orang-orang tertimpa longsoran dan batu dulu baru kemudian panas lagi, ribut lagi soal pembangunan di Geurutee itu?" tandasnya .