Pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prigozhin/Net
Pemberontakan yang dilakukan tentara bayaran Wagner Group merupakan aksi demonstrasi politik, bukan upaya kudeta untuk menggulingkan rezim seperti yang banyak diberitakan.
Begitu yang disampaikan pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prigozhin pada Senin (26/6). Ia mengaku sebelumnya tidak memiliki niat untuk menumbangkan rezim.
“Kami memulai pawai kami karena ketidakadilan. Kami tidak memiliki tujuan untuk menggulingkan rezim yang ada secara ilegal,” kata Prigozhin dalam file audio yang baru dirilis di saluran Telegram-nya.
Dalam penjelasannya, Prigozhin lebih lanjut mengatakan bahwa pawai keadilan itu dilakukan sebagai respons mereka terhadap korupsi dan birokrasi keamanan yang kacau di Rusia.
Seperti dimuat
The Hill pada Selasa (27/6), pemimpin Wagner Group itu mengklaim bahwa ia mendapatkan sambutan baik dari masyarakat Rusia atas aksinya tersebut, dengan sejumlah warga menemuinya dan para pejuangnya.
“Mereka semua senang saat kami datang dan saat kami lewat. Banyak dari mereka masih menulis kata-kata dukungan,” kata Prigozhin.
Selain itu, Prigozhin lebih lanjut mengonfirmasi bahwa perselisihan tersebut awalnya juga terjadi karena kontrak antara perusahaannya dengan Kementerian Pertahanan, yang menurutnya ingin membubarkan perusahaan tentara bayaran yang ia dirikan pada 2014 lalu.
“Ini akan menyebabkan hilangnya kemampuan tempur, pejuang berpengalaman dan komandan berpengalaman. Kami dengan tegas menentang apa yang ingin mereka lakukan," ujarnya dalam audio, seraya menambahkan bahwa puluhan prajuritnya dibunuh oleh militer negara.
Namun kepala Wagner yang sempat merebut Rostov-on-Don di Rusia selatan itu memutuskan untuk membatalkan pemberontakannya lebih lanjut, karena menyadari akan ada banyak darah yang tertumpah di negaranya.
“Kami merasa demonstrasi dari apa yang kami lakukan sudah cukup. Kami tidak ingin menumpahkan darah Rusia," pungkasnya.