Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Capres yang Tak Didukung Presiden Terdahulu Bisa Menangkan Pilpres

KAMIS, 22 JUNI 2023 | 21:13 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Setelah era Reformasi, calon presiden yang tidak mendapat dukungan dari presiden sebelumnya ternyata justru mampu melaju dan menang. Setidaknya itulah yang terjadi sejak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin Indonesia pada 2004.

Dituturkan analis politik dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting,
saat Megawati masih menjabat Presiden, ada sebuah peristiwa yang mengejutkan pada Maret 2004. Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan surat pengunduran diri sebagai Menko Polkam.

Rupanya pengunduran diri SBY merupakan persiapan untuk menuju pada Pemilihan Presiden 2004. Sejak saat itu, hubungan Presiden Megawati dengan SBY pun menjadi dingin.

Rupanya pengunduran diri SBY merupakan persiapan untuk menuju pada Pemilihan Presiden 2004. Sejak saat itu, hubungan Presiden Megawati dengan SBY pun menjadi dingin.

"Keduanya kemudian saling berhadapan dalam Pemilu 2004, dan hasilnya SBY tampil sebagai pemenang pilpres," kata Ginting, dikutip Kantor Berita RMOLJakarta, Kamis (22/6).

Pada Pemilu 2014, Partai Demokrat yang berada di bawah kendali SBY pada awalnya netral. Namun kemudian memilih berpihak kepada capres Prabowo Subianto daripada mendukung Jokowi yang diusung PDIP. Akhirnya yang tampil sebagai pemenang pilpres adalah Jokowi.

“Dari dua peristiwa pilpres di atas, jelas Megawati tidak menghendaki SBY sebagai penggantinya. Kemudian SBY juga tidak menghendaki Jokowi sebagai penggantinya. Tapi nyatanya, realitas politik justru menjawab, capres yang tidak dikehendaki presiden terdahulu, tampil sebagai pemenang pilpres,” papar Ginting.

Hal tersebut, lanjut Ginting, tidak bisa dilepaskan dari keinginan tentang perubahan. Dalam teori perubahan sosial, maka perubahan merupakan keniscayaan. Bagaikan roda yang sedang berputar dan perputaran itu tidak akan dapat dielakkan siapapun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.  

“Kita tidak tahu apakah perubahan sosial dilakukan secara evolusi secara lambat atau secara revolusi dengan cepat dan keras. Itulah realitas politik,” pungkas Ginting.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya