Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Gambia Perketat Aturan Masuk Obat-obatan dari India Mulai Juli Mendatang

RABU, 21 JUNI 2023 | 17:36 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Gambia akan menerapkan persyaratan baru yang mengharuskan semua produk farmasi dari India untuk menjalani pemeriksaan dan pengujian lebih dulu sebelum dikirimkan ke negaranya, mulai 1 Juli mendatang.

Keputusan tersebut diambil setelah sirup obat batuk yang diproduksi negara itu menyebabkan 70 kematian pada anak-anak di Gambia.

"Langkah terbaru yang diambil oleh Gambia bertujuan untuk mengatasi masalah obat-obatan yang tidak memenuhi standar dan produk palsu yang masuk ke negara ini," kata Direktur Eksekutif Badan Pengawasan Obat-obatan (MCA), Markieu Janneh Kaira, dalam suratnya kepada Jenderal Pengawas Obat India, Rajeev Singh Raghuvanshi.


Surat tersebut mengatakan bahwa MCA telah menunjuk Quntrol Laboratories, sebuah perusahaan inspeksi dan pengujian independen untuk obat-obatan yang berbasis di Mumbai, untuk mengeluarkan Laporan Bersih Inspeksi dan Analisis (CRIA) untuk semua pengiriman dari India.

"Quntrol akan melakukan verifikasi dokumen, pemeriksaan fisik kiriman dan pengambilan sampel, untuk pengujian laboratorium pada setiap kiriman," tambahnya dalam surat tersebut.

Menurutnya, jika kesesuaian terpenuhi, Quntrol Laboratories akan mengeluarkan CRIA. Namun, jika ditemukan ketidaksesuaian terkait kualitas produk, pengiriman akan dikarantina atau disita oleh MCA.

Mengutip Telegraph India, Rabu (21/6), aturan ini merupakan pembatasan ekspor nasional pertama yang dilakukan oleh pemerintah Gambia setelah kejadian yang menggemparkan di negaranya itu.

Aturan tersebut dikabarkan hanya berlaku untuk India, sebagai salah satu produsen farmasi terbesar di negara Afrika itu. Namun sejak 1 Juni lalu, India sendiri telah mewajibkan pengujian untuk semua sirup obat batuk sebelum diekspor, untuk menghindari kejadian pada tahun lalu kembali terulang.

Pada tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa sirup obat batuk India mengandung racun mematikan ethylene glycol dan diethylene glycol yang menyebabkan puluhan kematian di Gambia, karena senyawa itu biasanya digunakan dalam cairan rem mobil dan tidak aman untuk dikonsumsi manusia.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya