Panjangnya antrean kendaraan untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Barat Selatan Aceh (Barsela), harus mendapat perhatian dari semua pihak.
Pasalnya, kata Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali, fenomena antrian itu sudah berbulan-bulan terjadi.
"Antrian untuk mendapatkan solar sudah berlangsung berbulan-bulan bagai tidak ada tanda-tanda kapan akan berakhir," kata Fadhli Ali kepada
Kantor Berita RMOLAceh, Minggu (11/6).
Kata dia, beberapa jenis kendaraan seperti truk yang mengantre, merupakan kendaraan produktif atau alat kerja yang mendukung kegiatan ekonomi produktif masyarakat.
Kendaraan tersebut digunakan untuk pembangunan properti warga, pengangkutan hasil bumi seperti padi, tandan buah Segar (TBS) sawit dan sejumlah komoditas pertanian lainnya.
Fadhli mengatakan, khusus untuk pengangkutan TBS, jika truk kesulitan mendapat solar, maka dipastikan akan berpengaruh pada kualitas buah. Selain itu kondisi tersebut juga akan berpengaruh tertekannya harga TBS sawit.
"Tentu, antrean selama berjam-jam sangat merugikan warga dan berdampak signifikan berupa hilang atau terbuangnya waktu masyarakat," terangnya.
Seharusnya, kata Fadhli pihak legislatif dan pemerintah perlu mencari tahu akar masalah antrean panjang tersebut terjadi. Harus dicari, di mana, kenapa dan sampai kapan situasi itu terus berlangsung.
"Apakah pertamina kurang dalam mengirim pasokan solar selama ini ke wilayah Barsela? Apakah data jumlah kendaraan yang membutuhkan solar kurang akurat, sehingga rasio pasokan ke wilayah Barsela dengan jumlah kendaraan sangat timpang gap-nya?" bebernya.
Menurut Fadhli, jika kondisi ini terus dibiarkan maka citra pemerintah dan legislatif akan tampak lemah dan buruk di mata masyarakat.
"Sekali lagi kepedulian dan kepekaan anggota legislatif dibutuhkan dalam masalah ini. Ayo bersuaralah, cari tahu apa dan mengapa," tandasnya.