Ilustrasi trofi Piala Dunia U-20/Net
PADA 2019 lalu, Presiden FIFA, Gianni Infantino, resmi menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 dalam FIFA Council Meeting di Shanghai, China. Setelah berhasil menyingkirkan Brasil dan Peru, Indonesia akhirnya diberikan kepercayaan oleh FIFA untuk menyelenggarakan Piala Dunia pada 2021.
Tetapi, kemudian kemunculan pandemi virus Covid-19, membuat Piala Dunia U-20 diundur ke 2023. Sayangnya, FIFA membatalkan keputusannya menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah dengan sejumlah alasan. Padahal, Pemerintah Indonesia dan PSSI telah mempersiapkan 6 stadion sebagai venue pertandingan. Yaitu Jakarta, Bandung, Palembang, Solo, Surabaya, dan Gianyar.
“Setelah pertemuan hari ini antara Presiden FIFA, Gianni Infantino, dan Presiden Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir, FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk menghapus Indonesia sebagai tuan rumah dari Piala Dunia FIFA U-20 2023,” demikian pengumuman dari situs resmi FIFA.
Alasan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 diduga dipicu oleh penolakan atas kehadiran tim U-20 Israel yang dimunculkan beberapa pihak di Indonesia. Salah satunya adalah Gubernur Bali, Wayan Koster, yang menolak dengan alasan bahwa kehadiran tim Israel di Bali akan mengancam keamanan masyarakat di sana.
Selain itu, disebutkan juga bahwa Gubernur Koster trauma akan kejadian meledaknya bom di Legian, Badung, Bali.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga secara tegas menolak kedatangan tim Israel ke Indonesia, dengan dalih menjalankan amanat Presiden Soekarno yang telah berkomitmen kepada Palestina. Kemudian, sejumlah elite Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan juga menolak kehadiran Israel. Mereka menyatakan bahwa penolakan ini tidak melanggar konstitusi, juga sesuai dengan sikap Presiden Soekarno yang tidak mengakui Israel sebelum negara tersebut memerdekakan Palestina.
Penolakan terhadap tim Israel tidak hanya datang dari aktor-aktor politik saja, beberapa ormas Islam seperti FPI dan Persaudaraan Alumni 212 juga melakukan hal senada. Bahkan mereka sampai melakukan demonstrasi pada Maret lalu dan mengatakan bahwa mereka akan mencegat tim Israel yang akan datang ke Indonesia.
Presiden Joko Widodo pun angkat suara terkait hal ini. Ia mengatakan, tim Israel bisa dan seharusnya diperbolehkan untuk ikut serta dalam perhelatan Piala Dunia U-20 ini.
Pada akhir Maret lalu, Presiden Jokowi menyatakan bahwa keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U-20 ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik, karena posisi politik luar negeri Indonesia memang sudah konsisten terhadap Palestina. Jadi dukungan Indonesia terhadap negara tersebut sudah sangat kokoh dan kuat.
Terkait hal ini, Presiden Jokowi juga setuju dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia yang mengatakan bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya. Maka dari itu urusan politik sudah seharusnya tidak mencampuri urusan olahraga.
Menurut penulis, penolakan terhadap tim Israel dalam Piala Dunia FIFA U-20 yang berakhir dengan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah merupakan hal yang sangat disayangkan. Bagaimana tidak, jika Piala Dunia benar-benar akan dilaksanakan di Indonesia, sudah pasti kita akan mendapat banyak keuntungan.
Jika kita melihat Asian Games 2018, Indonesia sebagai tuan rumah mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional atas kemeriahan dan kesuksesan acara. Indonesia juga mendapatkan pendapatan yang cukup besar dari adanya acara ini. Seperti adanya investasi jangka panjang, juga banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia hanya untuk menonton Asian Games.
Selain itu, jika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20, negara kita mungkin akan mendapatkan citra baiknya kembali setelah tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
Penulis adalah Mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta