Berita

Kecelakaan kereta api di Odisha, India pada Jumat 2 Juni 2023/Net

Dunia

Bukan Sabotase, Ini Penyebab Kecelakaan Maut Kereta Api di India Menurut Pemerintah

SENIN, 05 JUNI 2023 | 06:33 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para pejabat di India mengungkapkan faktor di balik kecelakaan kereta maut di negara bagian Odisha, menepis kemungkinan sabotase dan menyalahkan pada faktor kesalahan manusia.

Sedikitnya 288 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka ketika dua kereta penumpang ekspres dan satu kereta barang bertabrakan pada Jumat malam (2/6). Ini adalah salah satu kecelakaan kereta api paling mematikan di negara itu.

Ada lebih dari 3.400 penumpang yang bepergian dengan kedua kereta tersebut di hari kejadian. Sekitar 17 gerbong Coromandel Express, yang beroperasi antara kota timur Kolkata dan Chennai, dan Howrah Superfast Express, yang bergerak ke utara antara kota Bengaluru dan Howrah, tergelincir di dekat stasiun kereta Bahanaga di distrik Balasore Odisha sekitar pukul 7 malam.

Petugas mengatakan, Coromandel Express melaju dengan kecepatan 128kph sementara Howrah Superfast Express melaju dengan kecepatan 126kph. Kereta barang lainnya, yang berada di jalur yang berdampingan, menjadi 'korban' dari tabrakan dua kereta tersebut.

Menteri Perkeretaapian Ashwini Vaishnaw pada Minggu (4/6) mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan itu.

“Itu terjadi karena perubahan interlocking elektronik,” kata Ashwini, seperti dikutip dari The National.

"Akar penyebabnya telah diidentifikasi, orang yang melakukan pekerjaan ini juga telah diidentifikasi. Laporan penyelidikan CRS, penyebab kecelakaan akan diketahui lebih cepat,"  katanya merujuk pada Komisi Keselamatan Perkeretaapian.

Sistem interlocking elektronik teknis mengacu pada sistem sinyal yang mengatur pergerakan kereta api di jalur untuk mencegahnya bertabrakan. Tujuan dari sistem ini adalah agar tidak ada kereta yang mendapat sinyal untuk melanjutkan perjalanan kecuali rute tersebut terbukti aman.

Investigasi awal oleh Indian Railways menunjukkan bahwa sinyal yang "salah" mungkin menyebabkan Coromandel Express memasuki jalur melingkar tempat kereta barang diparkir.

Jalur melingkar adalah jalur kereta api yang menyimpang dari jalur utama dan bergabung kembali lebih jauh. Rel tersebut digunakan sebagai jalur pelayanan bagi kereta api untuk bermanuver tanpa mempengaruhi kereta lainnya.

Jaya Verma Sinha, anggota Dewan Kereta Api, mengatakan bahwa temuan awal menunjukkan penyebab kecelakaan itu adalah gangguan sinyal.

“Ini masalah sinyal. Sinyal hijau menyala di kedua jalur utama," katanya, menambahkan bahwa dengan kecepatan laju yang tinggi, tidak cukup waktu untuk mengambil tindakan penyelamatan.

Kepala departemen teknik mesin di Institut Teknologi Kirodimal di negara bagian Chhattisgarh, Prakash Kumar Sen, mengatakan bahwa semua informasi mengarah kepada faktor "kesalahan manusia".

“Jika dua kereta berada di jalur yang sama, sistem interlocking digunakan untuk memindahkan kereta dari satu jalur ke jalur lainnya untuk menghindari tabrakan. Sebelumnya dilakukan secara manual menggunakan tuas tetapi sekarang dilakukan melalui unit pengendali,” kata Sen.

“Menurut saya, itu benar-benar kesalahan manusia karena sinyal passing diberikan untuk jalur yang salah," katanya.

Teori lain juga beredar di media sosial, di antaranya menyebutkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh sabotase. Klaim ini juga dilontarkan oleh mantan menteri perkeretaapian Dinesh Trivedi, yang kini menjadi anggota Partai Bharatiya Janata yang berkuasa.

Klaim lainnya adalah, kemungkinan adanya "faktor ekstremis". Ini diungkapkan oleh Sudhanshu Mani, pakar perkeretaapian yang merupakan otak di balik layanan kereta ekspres Vande Bharat yang baru di India.

“Mengapa kereta mengambil jalur melingkar? Ada banyak alasan, dua masuk akal. Salah satunya adalah sabotase – saya tidak mengatakan demikian, tetapi itu adalah alasan yang mungkin," kata Mani.

“Ini adalah penyimpangan yang tidak akan pernah diizinkan oleh sistem pensinyalan. Mungkin ada beberapa faktor ekstremis,” ujarnya.

India memiliki sistem kereta api terbesar kedua di dunia dan mengangkut jutaan penumpang dan pelancong jarak jauh setiap harinya.

Namun, sebagian besar dari jaringan sepanjang 63.000 km tersebut belum ditingkatkan selama beberapa dekade.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah memodernisasi dan memperluas jalur kereta api sejak berkuasa pada tahun 2014. Namun, menurut para ahli,  fokus Modi hanya pada "perbaikan" kereta api dan stasiun, daripada meningkatkan teknologinya.

Kementerian Keuangan mengalokasikan 2,4 triliun rupee (30 miliar dolar AS) untuk kereta api dalam anggaran tahun ini, meningkat 50 persen dari tahun fiskal sebelumnya. Anggaran tersebut  untuk meningkatkan jalur, mengurangi kemacetan dan menambah kereta baru.

Populer

Seluruh Fraksi di DPR Kompak Serang Kejagung soal Tom Lembong

Rabu, 13 November 2024 | 18:01

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

Berkinerja Buruk, Kadis Parekraf Layak Diganti

Rabu, 13 November 2024 | 00:20

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Dedi Prasetyo Dapat Bintang Tiga jadi Irwasum, Ahmad Dofiri Wakapolri

Selasa, 12 November 2024 | 22:50

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

UPDATE

Pria Gagal Nyaleg Sampai Nekat Bunuh Diri Depan MA Brasil

Jumat, 15 November 2024 | 14:03

Ijazah Pesantren Harus Diakui Negara Tanpa Syarat

Jumat, 15 November 2024 | 13:55

Rumah Tokoh Asal Riau Dilelang Bank Gara-gara Debiturnya Ngemplang Kedit

Jumat, 15 November 2024 | 13:54

Indonesia Dorong Pengoptimalan Pemanfaatan IK-CEPA untuk Tingkatkan Kinerja Perdagangan

Jumat, 15 November 2024 | 13:45

Pemprov DKI Pastikan Program Bansos Tak Berkaitan dengan Dukungan Pilkada

Jumat, 15 November 2024 | 13:36

Dipimpin Puan, Rapat Persiapan Uji Kelayakan Capim KPK Tertutup

Jumat, 15 November 2024 | 13:36

Dialog Kebangsaan Hari Pahlawan: Jejak Sejarah Lagu Indonesia Raya dan Inspirasi Membangun Nasionalisme

Jumat, 15 November 2024 | 13:31

Regulasi IPS Biang Kerok Kemurkaan Peternak Sapi Perah

Jumat, 15 November 2024 | 13:19

Permintaan Baterai Naik, Komatsu Jepang Tingkatkan Investasi di AS

Jumat, 15 November 2024 | 13:01

Citra Kejaksaan Bisa Terpuruk Jika Tidak Koreksi Diri

Jumat, 15 November 2024 | 12:59

Selengkapnya