Penculikan yang menargetkan migran di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko marak terjadi, yang dijalankan oleh kartel untuk meminta uang tebusan kepada kerabat para migran.
NBC News pada Selasa (23/5) menyoroti bahaya yang dihadapi para migran yang memasuki AS menggunakan jalur ilegal.
Kartel menggunakan taktik penculikan migran untuk meminta uang tebusan. Jika kerabat mereka tidak dapat memenuhinya, jari dan telinga para migran diancam akan dipotong oleh kartel tersebut.
“Setiap hari lebih buruk, semua orang takut untuk pergi,” kata sukarelawan di tempat penampungan di Reynosa, Meksiko kepada NBC.
Ketakutan akan penculikan atau kekerasan lainnya telah menambah kebingungan para migran di Perbatasan Selatan yang hanya ingin mendapatkan kehidupan yang layak di AS. Namun, nahasnya mereka ditawan oleh kartel Meksiko.
Menurut laporan dari pihak berwenang Meksiko, awal bulan ini militer negara itu berhasil menyelamatkan 49 migran, termasuk 11 anak-anak, yang diculik dari sebuah bus ketika mereka melewati kota Monterrey.
Sejauh ini menurut catatan pemerintah Meksiko, mereka telah menyelamatkan total 2.115 migran yang diculik oleh geng pada tahun 2022.
Sejak berakhirnya kebijakan Title 42 milik Washington, yang memberi kewenangan kepada negaranya untuk mengusir migran, terjadi lonjakan migran yang menyerbu perbatasan.
Hal tersebut diduga akan membuat kartel kembali menjalankan modus penculikannya kepada para migran, dengan meminta uang tebusan dan mengancam memotong jari dan telinga mereka.