Aksi mahasiswa Jawa Barat-Banten aksi di depan gedung DPR-MPR/RMOL
Puluhan mahasiswa dari sepuluh universitas di Jawa Barat dan Banten mengancam akan berunjuk rasa kembali dengan jumlah yang lebih besar jika protes dan tuntutan mereka tidak digubris pemerintah.
Mahasiswa dari Universitas Siliwangi Harris Aufa mengatakan jika protes kami tidak didengar, ia bersama mahasiswa yang lain akan terus berkonsolidasi dan bergerak dalam jumlah dan skala wilayah yang lebih besar.
Harris menilai, ada upaya yang dilakukan oleh para penguasa untuk melemahkan
civil society, baik yang dilakukan secara langsung dengan kriminalisasi terhadap aktivis yang kritis, atau upaya tidak langsung dengan menghadirkan
influencer yang menyesatkan publik.
Menurutnya, para
influencer ini telah membelah masyarakat dengan membentuk buzzer dan mengkoptasi kampus sehingga dengan mudah mendapatkan legitimasi dari kaum intelektual.
“Permasalahan-permasalahan yang muncul karena kegagalan Reformasi tersebut,” kata Harris Aufa kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (21/5).
Atas dasar itu, para mahasiswa tergerak untuk melakukan konsolidasi dan bergerak bersama supaya cita-cita Reformasi benar-benar dapat diwujudkan. Pihaknya menuntut penguasa seperti Presiden, DPR hingga pemerintah daerah untuk tunduk pada konstitusi.
"Sehingga wacana-wacana yang bertentangan dengan semangat reformasi seperti penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden hingga agenda tiga periode tidak terjadi,” tegasnya.
“Kami mahasiswa Jawa Barat "Banten bersumpah demi Tuhan, bangsa dan almamater, akan melawan segala bentuk upaya penguasa yang tidak sejalan dengan konstitusi, cita-cita Reformasi, dan nilai-nilai demokrasi,” tutupnya.
Elemen mahasiswa dari berbagai kampus dari Jawa Barat dan Banten terdiri dari ITB, Politeknik Negeri Bandung, FISIP Universitas Pasundan Bandung Universitas Nurtanio Bandung, STHB Bandung, Poltekessos Bandung, Universitas Siliwangi, UGJ Cirebon, UI Depok, dan Yuppentek Tangerang.