Ruas jalan Pematang Liyu dan jalan hasil swadaya masyarakat setempat/RMOLLampung
Miris. Sudah belasan tahun ruas jalan di pemangku Pematang Liyu 2 pekon Padang Cahya, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, seolah tidak pernah mendapatkan perhatian pemerintah.
Kondisi jalan yang menjadi akses utama masyarakat setempat untuk melakukan aktivitas sangat memprihatinkan. Padahal jalur tersebut adalah penghubung antarpemangku maupun antarpekon.
Menurut Pemangku Pematang Liyu 2, Eka Dwi Yanto yang didampingi anggota LHP Sutrisno, jalan tersebut sudah sering diusulkan agar diperbaiki sehingga pengguna jalan merasa aman dan nyaman. Tetapi usulan tersebut tidak pernah mendapatkan respons.
”Ini dari tahun 2007 pembangunannya belum pernah terjadi sama sekali, sampai saat ini,” ungkap Eka, dikutip
Kantor Berita RMOLLampung, Sabtu (13/5).
Hingga saat ini masyarakat setempat masih mengharapkan pembangunan jalan dari pemerintah maupun dinas terkait secara permanen.
”Bahkan sering terjadi kecelakaan di sini, bahkan ada yang pernah patah kaki. Mobil saja sampai patah as rodanya,” tutur Eka.
Eka menambahkan, ruas jalan yang memiliki panjang 2,5 kilometer tersebut sempat dilakukan pembangunan secara swadaya masyarakat setempat di beberapa titik.
”Di tanjakan bawah ini dulu sempat enggak bisa lewat sama sekali karena jalan yang rusak sudah cukup parah, makanya kami swadaya masyarakat membangun jalan itu,” jelasnya.
”Selama ini juga saya belum pernah dengar informasi, bahkan untuk tahun ini katanya enggak ada pembangunan di daerah sini,” sambungnya.
Dirinya tetap berharap agar jalan di desa setempat segera dibangun secara permanen, agar terkesan tidak dibeda-bedakan dengan desa lainnya.
Keluhan juga disampaikan salah satu pengguna jalan, Putra, yang mengaku motor baru miliknya rusak di bagian shockbreaker karena selalu menghantam jalan rusak dan penuh bebatuan.
”Semoga cepatlah jalan ini diperbaiki, bukan motor saya saja yang rusak karena lewat sini, tapi banyak orang lain juga mengalami seperti apa yang saya rasakan,” tutur Putra.
Putra yang bekerja sebagai petani merasa kesulitan untuk menjual sayurannya baik ke agen maupun ke pasar karena akses yang sulit.