LAYANAN Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam 3 hari terakhir sejak Senin (8/5) sampai Rabu (10/5) mengalami error.
Error tersebut terbilang sangat lama dan sampai sekarang Rabu (10/5) belum sepenuhnya pulih.
Publik akhirnya menjadi ramai dan heboh akibat tidak bisa diaksesnya sistem perbankan BSI.
Dari internet banking, mobile banking sampai layanan ATM BSI semua tidak bisa diakses oleh nasabah BSI.
Kemarahan publik tersebut sangat beralasan, apalagi belum ada pernyataan resmi dari pihak BSI apa penyebab error tersebut.
Pernyataan datang dari Erick Thohir di Labuhan Bajo disela-sela KTT ASEAN 2023.
Menteri BUMN tersebut menjelaskan adanya serangan siber terhadap sistem teknologi BSI yang merupakan bank syariah terbesar berpelat merah.
Tumbangnya sistem BSI yang berlangsung dalam waktu yang lama tersebut memunculkan kekhawatiran tidak secure-nya sistem teknologi seluruh perbankan plat merah.
Serangan Siber Plat Merah Bukan Yang Pertama Kali Namun Respon Solusi Lambat Sekali
Instansi pemerintah dan perusahaan BUMN sudah sering mendapatkan serangan siber. Sebut saja Situs web Kementerian Hukum dan HAM, misalnya, pernah disusupi konten judi di laman websitenya.
Serangan siber juga terjadi terhadap beragam situs web pemerintah, baik pemerintah pusat maupun kota/kabupaten. Begitu juga situs web milik perguruan tinggi negeri. Namun tidak sampai menganggu layanan publik dari instansi tersebut.
Namun, serangan terhadap perbankan BSI sudah benar-benar mengganggu kenyamanan dan layanan publik terutama daerah seperti Aceh dan para nasabah pecinta bank dengan sistem syariah.
Error layanan digital perbankan selama 3 hari merupakan permasalahan yang terparah dalam sejarah perbankan Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengagungkan keuangan digital, begitu juga dengan otoritas jasa keuangan dan BI. Keduanya gencar sekali mempromosikan kehandalan keuangan digital.
OJK berkomitmen menyiapkan ekosistem perbankan yang berbasis keuangan digital.
Bahkan BI berinvestasi triliun rupiah membangun sistem keuangan digital yang dikenal BI FAST di mana semua transaksi keuangan di-settle dalam hitungan detik antar bank, antar platform dan antar batas daerah.
Namun apa yang terjadi dengan perbankan plat merah BSI adalah tamparan telak terhadap penyelesaian serangan siber di perbankan nasional. Ini menunjukan tidak efisien, tidak optimal dan tidak sigap sistem IT perbankan syariah plat merah Indonesia
Refleksi dari serangan siber tersebut adalah sejauhmana kehandalan dan kepatuhan tata kelola sistem teknologi perbankan plat merah. Apalagi BSI adalah perbankan plat merah hasil merger seluruh bank syariah dan unit syariah milik BUMN.
Error layanan keuangan BSI adalah persoalan reputasi bank syariah plat merah Indonesia.
Bila reputasi rusak, seharusnya ada pihak yang bertanggung jawab dan berani tampil ke depan meminta maaf kepada publik.
Anehnya, sampai 3 hari ini pihak BSI, maupun pihak regulator sistem pembayaran BI dan OJK serentak berdiam diri, tidak berani menjelaskan apa penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas serangan siber tersebut.
Dalam perspektif kebijakan publik, ini adalah hal yang tidak dapat dicontoh di mana semua pihak berlepas diri atas kejadian error ini dan tidak ada yang berani bertanggung jawab untuk tampil ke depan menjelaskan ini tanggungjawabnya.
Ampun!
Penulis adalah Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute