ZAMAN sekarang mendapatkan utang bukan hal yang mudah. Baru-baru ini lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) telah membatalkan rencana untuk memberi utang bagi pembangunan kilang Pertamina. Ini mungkin bukan murni masalah keekonomian, tapi juga masalah geopolitik.
Namun, tampaknya ini bukan masalah serius bagi pertamina, perusahaan yang menjadi tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan BBM subsidi ini masih menyisakan kesempatan lain, yakni menerbitkan utang dalam bentuk global bond secara besar besaran. Prestasi menerbitkan global bond telah dibuktikan dalam 5 tahun terakhir.
Kemampuan Pertamina dalam meraih utang dalam bentuk global bond patut diacungi jempol. Pertamina adalah salah satu perusahaan di tanah air yang sangat aktif dalam menciptakan utang berbunga cukup lumayan ini. Sama dengan global bond yang didapatkan oleh pemerintah. Keterikatan kuat dengan pemerintah ini selalu menjadi pertimbangan lembaga pemeringkat utang dalam memberikan rating pada Pertamina.
Jika diamati kemampuan Pertamina dalam memperoleh laba seiring sejalan dengan kemampuan untuk mengejar global bond ini. Meskipun peningkatan global bond dalam beberapa waktu terakhir lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mendapatkan laba dari memproduksi, mengolah dan melakukan penjualan minyak .
Jadi dengan peningkatan laba yang cukup fantastis sebagaimana yang diumumkan pertamina pada tahun 2022 yang hampir mencapai 50 persen dibandingkan laba tahun sebelumnya akan dipandang menjadi kesempatan untuk menciptakan global bond dalam jumlah yang lebih besar.
Ini juga berkaitan dengan IPO besar besaran setelah sub holding perusahaan minyak ini. Tentu saja IPO perusahaan akan diikuti dengan cepat olah usaha dalam mendapatkan utang dari pasar keuangan. Kesempatan ini telah dibuktikan dengan IPO Pertamina Geothermal Energi (PGE) yang langsung diikuti dengan penerbitan global bond. PGE telah mendapatkan rating dari lembaga Pemeringkat internasional yang dipandang akan menjadi sumber uang bagi pertamina diluar usaha minyak.
Baru-baru ini Pertamina telah secara resmi mempublikasikan laporan keuangan. Tampak dari sana peningkatan pendapatan paling besar berasal dari pendapatan lain lain atau bukan dari pendapatan menjual BBM di dalam dan ke luar negeri. Pendapatan lain lain meningkat lebih dari 250 persen. Pendapatan dari jual BBM meningkat secara wajar sejalan dengan peningkatan harga minyak dalam tahun 2022.
Jadi gambaran dalam laporan keuangan pertamina tersebut membuka pemahaman baru di dalam perusahaan bahwa pendapatan dari menjual BBM tidak lagi menentukan. Perusahaan mungkin ke depan akan lebih terfokus mencari uang ketimbang memproduksi atau memperdagangkan BBM. Kesempatan tersebut terbuka lebar melalui IPO dan global bond.
Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)