Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto/Ist
Pencapresan kubu Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) diprediksi ruwet, jika komitmen antara Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), tidak terwujud.
Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, mengamati, Prabowo nampak tengah mencari strategi politik yang lebih jitu untuk mengalahkan lawannya di Pilpres 2024.
Apalagi PDI Perjuangan telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres.
“Persoalannya menjadi jelimet, jika PKB menyadari kemungkinan hanya diberi PHP (harapan palsu) oleh Gerindra,†kata Efriza, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (27/4).
Efriza mengaku pernah mendengar ihwal sikap Gerindra melalui Sekjennya, Ahmad Muzani, yang mengungkap nama Cawapres KKIR adalah Cak Imin.
Namun, seiring perkembangan yang ada, Efriza juga mengamati kemungkinan Gerindra berkoalisi dengan Partai Golkar.
“Sepertinya Partai Golkar mencoba merayu Gerindra agar memasangkan Prabowo-Airlangga yang dianggap lebih pantas, karena keduanya sama-sama menteri dari kabinet Jokowi,†tutur Efriza.
Ia mengingatkan, akar sejarah Prabowo berawal dari Golkar.
"Gerindra dan Golkar sama-sama partai besar, peringkat kedua dan ketiga. Rasanya cukup menggiurkan membangun koalisi seperti itu,†sambungnya.
Dosen ilmu pemerintahan Universitas Sutomo itu juga memperkirakan, Golkar merasa telah dikhianati Presiden Joko Widodo yang hadir pada pengumuman pencapresan Ganjar oleh PDIP, di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat, pada h-1 Lebaran, Jumat (21/4).
Kehadiran Jokowi menunjukkan arah dukungan yang mengarah ke Ganjar, dan mematahkan peluang terbentuknya koalisi besar.
“Persoalan inilah yang membuat njelimet (ruwet),†pungkas Efriza.