Berita

Duta Besar China untuk Prancis, Lu Shaye/Net

Dunia

Prancis Minta Penjelasan Usai Dubes China Ragukan Kedaulatan Ukraina

SENIN, 24 APRIL 2023 | 12:41 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Argumen yang dilontarkan Duta Besar China untuk Prancis, Lu Shaye tentang masa lalu negara bekas jajahan Uni Soviet dinilai telah melukai identitas negara-negara yang telah merdeka di masa kini, salah satunya Ukraina.

Menurut Dubes Shaye, Krimea secara historis adalah bagian dari Rusia dan sempat ditawarkan ke Ukraina oleh mantan pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev.

Ia menambahkan bahwa negara-negara bekas jajahan Uni Soviet, seperti Krimea sebenarnya tidak memiliki status dalam hukum internasional.

"Negara-negara bekas Uni Soviet ini tidak memiliki status sebenarnya dalam hukum internasional karena tidak ada kesepakatan internasional untuk mewujudkan status kedaulatan mereka," kata Dubes China, seperti dikutip dari The Jerusalem Post pada Senin (24/4).

Komentar Dubes China dinilai menyimpang oleh Prancis. Pada Minggu (23/4), Kemlu Prancis mengeluarkan pernyataan yang menyebut bahwa mereka mendukung penuh negara-negara bekas Soviet yang kini memperoleh kemerdekaan setelah mendapat penindasan selama berpuluh-puluh tahun.

Mencoba untuk meluruskan pandangan Dubes China, Jubir Kemlu Prancis menjelaskan bahwa Krimea merupakan bagian dari Ukraina dan itu telah diakui oleh seluruh komunitas internasional sejak tahun 1991.

Untuk itu, ia meminta China memberikan klarifikasi tentang apakah yang diungkapkan Dubes mereka di Paris itu mencerminkan posisi Beijing secara keseluruhan atau tidak.

Selain Prancis, tiga negara Baltik yang semuanya merupakan bekas jajahan Uni Soviet yakni Estonia, Latvia, dan Lituania bersama Ukraina ikut menyuarakan kekecewaan yang sama atas tanggapan Dubes Shaye.

Melalui akun Twitter pribadinya, Asisten Presiden Senior Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa China berusaha mengikuti Rusia menyebar propaganda di negaranya.

"Aneh mendengar versi absurd dari 'sejarah Krimea' dari seorang perwakilan negara yang sangat teliti tentang sejarah seribu tahunnya. Jika Anda ingin menjadi pemain politik utama, jangan menirukan propaganda orang luar Rusia," tulis  Podolyak.

Hingga kini Kementerian Luar Negeri China belum memberikan tanggapan apapun terkait pernyataan Dubes Shaye yang bertugas di Prancis tersebut.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya