Berita

Denny JA/Net

Politik

Atasi Perbedaan Waktu Idulfitri, Denny JA: Saatnya Muslim Dunia Punya Kalender Global Hijriah

SENIN, 24 APRIL 2023 | 01:35 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Pelaksanaan Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah di Indonesia mengalami perbedaan, antara yang ditetapkan pemerintah dengan sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam, khususnya Muhammadiyah.

Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Sabtu (22/4). Sedangkan, Muhammadiyah jauh hari sebelumnya sudah menetapkannya pada Jumat (21/4), atau sehari lebih cepat dari keputusan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama.

Kembali terjadinya perbedaan Hari Raya Idulfitri di Tanah Air, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun ke belakang, menjadi perhatian serius publik. Padahal, umat Islam di Arab Saudi juga menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023.

Pendiri Lingkar Survei Indonesia (LSI), Denny JA mengatakan, perbedaan tersebut menjadi sinyal akan perlunya suatu kalender global Islam yang berlaku secara internasional.

Dengan begitu, seluruh umat Muslim di dunia memiliki kalender global hijriah yang sama. Hal itu sebagaimana umat Nasrani merayakan Natal pada tanggal dan hari yang sama setiap tahunnya.

Menurut Denny JA, jika ada kalender global Islam, maka umat Muslim di seluruh dunia akan mengetahui kapan waktunya Idulfitri berbulan-bulan sebelumnya.

“Sehingga, umat Muslim di seluruh dunia akan bersama-sama merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama, silaturahmi, saling kunjung, pada momen hari dan tanggal yang sama,” kata Denny JA di Jakarta, Minggu (23/4).

Denny JA berpandangan, setiap kali menyaksikan perayaan Idulfitri di Indonesia dalam dua versi dan dalam dua hari yang berbeda, ada perasaan campur aduk di dalamnya.

Di satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Namun, di sisi lain, ada rasa keprihatinan dengan perbedaan itu.

Denny menjelaskan, secara keilmuan, di era saat ini sangat mudah membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Dengan kecanggihan teknologi yang ada, sangat mudah untuk mengetahui kapan hilal di bumi muncul sebagai syarat datangnya 1 Syawal, hari raya Idulfitri.

Belum adanya kalender global hijriah, menurutnya, bukan karena ilmu pengetahuan. Namun, pada pilihan interpretasi aturan, ego nasionalisme, maupun ego organisasi kemasyarakatan.

Denny pun mengutip salah satu hadis Nabi yang menyebut soal hilal untuk menentukan awal waktu dan akhir berpuasa.

"Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang, maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari," kata Denny.

Dia juga mengungkapkan, upaya merumuskan kalender global bersama umat Islam sendiri sudah diserukan sejak puluhan tahun lalu.

Pada 1958, seorang ahli hadis asal Mesir bernama Ahmad Muhammad Syäkir sudah menyatakannya. Menurut Syakir, memiliki kalender global bersama bagi umat Islam di seluruh dunia adalah keharusan. Bukan saja kalender itu berguna secara sosial, tapi juga memiliki implikasi hukum Islam sendiri.

Kalender itu bisa menentukan secara global agar awal dan akhir Ramadhan di seluruh dunia jatuh di tanggal dan hari yang sama. Tidak seperti sekarang di mana hari Idulfitri jatuh di hari yang berbeda.

Denny menegaskan, terciptanya kalender global hijriah akan menjadi perkembangan penting dunia Muslim yang sudah 15 abad berdiri. Untuk itu, kini adalah saatnya umat Muslim memiliki kalender hijriah global yang sama.

“Dunia sudah menjadi global. Tak hanya diperlukan cara berpikir global, tapi juga waktu global yang sama. Di era kalender global hijriah itu nanti, siapapun, dengan kekasihnya, suaminya, istrinya, orang tuanya, anaknya, tak lagi merayakan Idulfitri di hari yang berbeda,” pungkasnya.

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Roy Suryo: Akun Fufufafa 99,9 Persen Milik Gibran

Kamis, 19 September 2024 | 10:39

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

UPDATE

Bank Mandiri Berkomitmen Bakal Terus Aktif Tingkatkan Prestasi Olahraga Nasional

Minggu, 29 September 2024 | 22:06

Keluarga Kesultanan Kutaringin Yakin Agustiar Sabran Layak Pimpin Kalteng

Minggu, 29 September 2024 | 22:01

Hidayatullah: HIRO Hadir Untuk Membawa Medan Berdaya dan Berjaya

Minggu, 29 September 2024 | 21:52

BKSAP Luncurkan Buku Sekaligus Deklarasi Pembentukan Asosiasi Parlemen Berbahasa Indonesia-Melayu

Minggu, 29 September 2024 | 21:24

Indikator: Popularitas Khofifah Indar Parawansa Moncer di Pilgub Jatim

Minggu, 29 September 2024 | 20:36

Polisi Cari Penyebar Pertama Video Pembubaran Diskusi FTA

Minggu, 29 September 2024 | 20:07

JaDI Sumut: Prof Ridha Sudah Tepat Mengadu ke Bawaslu

Minggu, 29 September 2024 | 19:56

Rudy Mas'ud Punya Utang Rp137 Miliar, Komitmen Pemberantasan Korupsi Dipertanyakan

Minggu, 29 September 2024 | 19:55

Unggul Polling, Tim Robinsar-Fajar Optimistis Menang di Cilegon

Minggu, 29 September 2024 | 19:48

Perkuat Kebersamaan, Kritikus Politik Ini Ajak Puluhan Tokoh Bahas Perubahan

Minggu, 29 September 2024 | 19:43

Selengkapnya