Berita

Citra satelit yang menunjukkan China membangun stasiun baru di Antartika/CSIS

Dunia

CSIS: China Bangun Stasiun Baru di Antartika, Bisa Kumpulkan Sinyal Intelijen dan Cegat Komunikasi

RABU, 19 APRIL 2023 | 06:43 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kehadiran China di Antartika menjadi kekhawatiran baru. Lantaran Beijing disinyalir tengah membangun stasiun baru yang berfungsi untuk mengumpulkan sinyal intelijen hingga mampu mencegat komunikasi negara lain.

Hal itu terungkap dari laporan Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang dikutip Reuters pada Rabu (19/4). Di dalamnya berisi analisis citra satelit yang diambil pada bulan Januari lalu.

Citra satelit menunjukkan konstruksi stasiun kelima China di wilayah kutub selatan untuk pertama kalinya sejak 2018.


Menurut CSIS, China selama ini sudah memiliki empat stasiun di Antartika, yaitu Great Wall Station, Kunlun Station, Taishan Station, dan Zhongshan Station. Sementara stasiun baru belum diketahui namanya, namun terletak di dekat Laut Ross dan berjarak 320 km dari stasiun McMurdo milik Amerika Serikat (AS).

Stasiun baru ini diperkirakan mencakup sebuah observatorium dengan stasiun satelit bumi. Itu akan membantu China untuk mengakses benua tersebut.

Adapun konstruksi yang diidentifikasi meliputi berbagai fasilitas pendukung, bangunan sementara, landasan helikopter, dan fondasi bangunan utama seluas 5.000 meter persegi. Diperkirakan pembangunan ini rampung pada tahun 2024.

Setelah selesai, stasiun tersebut diharapkan memiliki dermaga untuk kapal pemecah es Xuelong China.

“Sementara stasiun tersebut dapat menyediakan pelacakan dan komunikasi untuk rangkaian satelit pengamatan kutub ilmiah China yang berkembang, peralatannya secara bersamaan dapat digunakan untuk mencegat komunikasi satelit negara lain,” kata CSIS.

CSIS mencatat, stasiun baru ini memiliki posisi yang strategis untuk mengumpulkan sinyal intelijen atas Australia dan Selandia Baru, termasuk data telemetri pada roket yang diluncurkan dari Arnhem Space Centre Australia yang baru.

Di bawah Traktat Antartika 1959, aktivitas di benua itu dibatasi untuk tujuan damai. Personel militer diizinkan melakukan penelitian ilmiah, tetapi dilarang mendirikan pangkalan, melakukan manuver, atau menguji senjata.

Sebuah laporan Pentagon tahun 2022 mengatakan infrastruktur Antartika baru China kemungkinan besar dimaksudkan sebagian untuk memperkuat klaimnya di masa depan atas sumber daya alam dan akses maritim serta meningkatkan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya