Berita

Gedung Pertamina/Net

Publika

Proyek Digitalisasi Pertamina: Berhasil atau Jadi Fosil?

JUMAT, 14 APRIL 2023 | 09:55 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

PEMBERITAAN tentang penimbunan solar subsidi, solar gelap, pasar gelap solar, penyalahgunaan solar subsidi, dan bentuk manifestasi penyimpangan solar subsidi lainnya ini belakangan mewarnai media massa setiap hari.

Mengapa bisa terjadi, mengapa kasus solar subsidi tidak tepat sasaran terus terjadi dan semua lembaga gagal mengawasinya? Bagaimana dengan digitalisasi Pertamina yang digadang-gadang akan menuntaskan masalah penyalahgunaan BBM subsidi ini? Apakah benar berhasil atau malah jadi fosil?

Sampai sekarang belum ada yang tau dengan pasti apakah proyek digitalisasi Pertamina itu gagal atau berhasil. Kalau gagal, maka perlu diketahui apa penyebab kegagalannya. Namun sebaliknya kalau berhasil, berarti proyek ini sudah selesai.


Lalu apa manfaat dari proyek ini? Apakah sudah berhasil mengendalikan BBM subsidi agar tidak dicuri?

Pihak Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi (BPH Migas) sebagai badan yang berwenang mengawasi distribusi dan konsumsi BBM menyatakan bahwa proyek ini telah gagal direalisasikan sesuai target.

Kepala BPH Migas telah beberapa kali melayangkan surat laporan kepada Ketua Komisi VII DPR RI, Menteri ESDM, Menteri BUMN, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mengenai progres pelaksanaan digitalisasi SPBU yang sangat lambat.

Dalam siaran pers, lembaga ini disebutkan bahwa digitalisasi SPBU telah beberapa kali gagal mencapai target yakni:

Target pertama dalam penyelesaian digitalisasi SPBU ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) pada 31 Desember 2018;

Sebagaimana diketahui pada bulan Agustus tahun 2018, BUMN PT Telkom bersama PT Pertamina menandatangani perjanjian kerja sama untuk membangun sistem digital Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Digitalisasi SPBU ini merupakan langkah untuk meningkatkan transparansi dan keakuratan data pasokan dan konsumsi BBM.

Digitalisasi adalah proses mengubah informasi nondigital menjadi digital. Jika sebuah perusahaan menggunakan informasi digital tersebut untuk meningkatkan bisnis, menghasilkan pendapatan, atau menyederhanakan beberapa proses bisnis, maka itu disebut digitalisasi. Hasil dari proses digitalisasi dan digitalisasi disebut transformasi digital.

Digitalisasi SPBU dan cashless payment adalah usaha yang dijalankan Pertamina untuk terus berupaya meningkatkan pelayanan untuk masyarakat, diantaranya melalui program digitalisasi SPBU dan aplikasi MyPertamina. Menurut Pertamina, dengan adanya program digitalisasi SPBU, maka Pertamina dapat memantau kondisi stok BBM, penjualan BBM dan transaksi pembayaran di SPBU.

Selain itu, seluruh data-data tersebut juga dapat diakses secara langsung oleh sejumlah pihak berwenang, seperti Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan BPH Migas sehingga dapat saling mendukung untuk pengawasan penyaluran BBM termasuk yang bersubsidi, yaitu Biosolar (B30) dan Premium.

Namun berbeda dengan BPH Migas, pihak kementerian BUMN menyatakan bahwa proyek digitalisasi SPBU ini sudah selesai. Dalam website resmi kementerian BUMN Jakarta, 19 Januari 2021 disebutkan bahwa proyek digitalisasi di 5.518 SPBU telah rampung pada akhir 2020.

Dikatakan PT Pertamina (Persero) terus melanjutkan program digitalisasi lanjutan dengan mengembangkan sistem baru, yakni autoplenishment dan prepurchase di seluruh SPBU.

Dalam penjelasannya, Direktur Penunjang Bisnis PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa transformasi digital dilakukan di seluruh proses bisnis inti di Pertamina, baik dari sisi upstream, midstream, downstream, maupun corporate.

Pada sisi upstream, upstream production optimization sudah go live pada 10 Desember tahun lalu, sisi midstream atau refinery sudah dilaksanakan predictive maintenance di Refinery Unit VI Balongan untuk menjaga kehandalan kilang dan stok, dan dalam sisi corporate adanya integrasi, joint operational dashboard dari hulu sampai hilir, digital procurement dan office automation dengan menggunakan sistem P-Office.

Apa sebenarnya yang terjadi? Jika digitalisasi ini telah selesai, maka sejauh mana manfaat digitalisasi dapat menjadi alat untuk mengontrol BBM bersubsidi, memastikan subsidi yang tepat sasaran, dan mengurangi pencurian BBM subsidi, solar kencingan, solar gelap dan lain sebagainya.

Juga yang paling penting adalah memastikan agar BBM subsidi tidak mengalami kelangkaan. Karena Indonesia ini aneh, kondisi ekonomi belum pulih, konsumsi BBM relatif lebih rendah dari sebelum Covid-19, tapi kuota BBM subsidi malah jebol. Apakah ini dibobol?

Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya