Berita

Presiden Joko Widodo saat silaturahmi bersama lima ketua umum partai politik koalisi pemerintah di kantor DPP PAN/Ist

Politik

Pragmatisme Parpol Masih Kuat, Koalisi Besar Bisa Tinggalkan PDIP

SABTU, 08 APRIL 2023 | 02:24 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Wacana Koalisi Besar yang diisi partai-partai politik pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo, kecuali Partai Nasdem, diprediksi akan membelot dari arah politik PDI Perjuangan, kalau hasil Pilpres 2024 tak sesuai harapan.

Demikian analisis pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, menanggapi peluang Koalisi Besar terbentuk, dan PDIP menjadi salah satu parpol yang ada di dalamnya.

Menurutnya, ada satu corak politik yang melekat pada parpol-parpol di Indonesia, khususnya sejak Pemilu Serentak 2019 lalu. Di mana, kelompok yang berseberangan akan bergabung ke barisan pemenang pemilihan.

“Andaipun hasil pemilu meleset, mereka juga tahu, mereka akan tetap bisa bergabung di kubu pemerintahan yang menang nantinya,” ujar Efriza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (7/4).

Meski begitu, Efriza tak bisa memungkiri ada peluang yang cukup besar yang dimiliki Koalisi Besar. Di mana rencananya akan diisi oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang di dalamnya ada Golkar, PAN dan PPP, serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang diisi Gerindra dan PKB, ditambah PDIP.

Tetapi, Koalisi Besar itu juga tidak bisa menganggap sebelah mata barisan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang digawangi Nasdem, Demokrat, dan PKS, yang sudah memiliki capres yaitu mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

“Jadi seperti Golkar, Gerindra, PPP, PAN, maupun PKB, jika koalisi yang didukungnya kalah, tersingkir dari pemerintahan yang terbentuk, diprediksi kuat hanya PDIP (berbeda arah),” tutur dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo ini.

“Karena PDIP yang selalu membangun rivalitas dengan Partai Demokrat dan PKS, sedangkan umumnya partai-partai lain mengikuti irama yang menang semata,” sambungnya.

Sehingga menurutnya, peluang membelotnya KIB dan KKIR dari PDIP dalam Koalisi Besar nanti, masih akan terbuka lebar. Terutama jika ternyata pemenang Pilpres 2024 adalah jagoan dari KPP.

“Karena kekuatan dukungan pemerintahan harus besar, sebagai konsekuensi sistem multipartai. Inilah dilema sistem multipartai dengan pragmatisme partai yang tinggi,” demikian Efriza. 

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya