Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin/Ist
Ambisi PDI Perjuangan mendapat jatah calon presiden (Capres) bila bergabung koalisi besar terus menuai spekulasi.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpendapat, bila keinginan PDIP tidak diakomodir koalisi besar, tandanya dinasti Jokowi dimulai.
Koalisi besar berisi gabungan Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB), yang disebut-sebut bentukan Jokowi. Bahkan secara tersirat diakui Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
“Prabowo menyebut “Kita Timnya Pak Jokowiâ€. Kalau PDIP gak dapat posisi Capres, bisa terjadi pertarungan keras (Jokowi vs PDIP). Kalau koalisi besar menang, artinya dinasti Jokowi dimulai,†kata Ujang, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (6/4).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu berpandangan, PDIP tidak akan bisa mendapat jatah Capres jika gabung koalisi besar. Setidaknya terlihat dari persentase threshold yang dimiliki koalisi besar dan PDIP.
“Kalau gabung gak jualan Capres, koalisi besar nggak mau lah. PDIP ini kan cuma 20 persen, sedang koalisi besar 40 persen lebih. Masak 40 persen dikalahkan 20 persen, dimana logikanya?†dia balik bertanya.
“Jadi kalau dari PDIP tetap ingin posisi Capres, lebih baik PDIP sendirian saja, karena punya golden ticket,†demikian Ujang.
Sebelumnya PDIP menegaskan, bila bergabung koalisi besar, posisi calon presiden harus dari partainya.
Menurut Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, tawaran itu wajar dan logis, karena PDIP pemilik kursi terbesar di DPR.