Presiden Tunisia Kais Saied/Net
Hampir dua pekan hilang dari publik, Presiden Tunisia Kais Saied akhirnya muncul dalam sebuah postingan di akun Facebook, membantah spekulasi tentang kesehatannya.
Mengunggah pidatonya pada Senin awal pekan ini, Saied menolak informasi yang disebarkan pihak oposisi yang menyebutkan dirinya tidak muncul karena jatuh sakit dan menyebabkan kekosongan kekuasaan.
"Orang-orang ini seharusnya merenung," kata Saied dalam video itu, mengacu pada lawan politiknya.
"Presiden absen dua atau tiga hari, dia masuk angin dan itu jadi masalah, kekosongan kekuasaan?" lanjutnya, seperti dikutip dari
Africa News, Selasa (4/4).
Saied, yang saat ini berusia 65 tahun, tidak muncul di depan umum atau mengadakan pertemuan apa pun sejak 22 Maret, menurut postingan di Facebook, satu-satunya saluran komunikasi resmi kepresidenan.
Minimnya pernyataan atau video telah memicu desas-desus tentang kondisi kesehatan Saied.
Berbicara bersama Perdana Menteri Najla Bouden, Presiden mengatakan laporan itu mencerminkan "tingkat kegilaan" yang belum pernah terlihat sebelumnya di Tunisia.
Sebelumnya pada Senin, Ahmed Nejib Chebbi dari koalisi oposisi Front Keselamatan Nasional mengatakan kepada wartawan: "Kami meminta pemerintah untuk berbicara kepada rakyat Tunisia dan mengatakan jika presiden memiliki masalah kesehatan yang memaksanya untuk absen."
Chebbi mengatakan Bouden akan menjalankan roda pemerintahan Tunisia jika terjadi kekosongan kekuasaan sementara, tetapi kekosongan permanen akan membuat negara itu mengalami malapetaka besar karena kekosongan legislatif.
Tanpa menyebut nama, Saied dalam videonya menanggapi dengan mengatakan ada orang yang berusaha menciptakan krisis dengan membicarakan kekosongan kekuasaan.
"Orang-orang ini telah kehilangan plot, mereka terobsesi dengan kekuasaan," katanya.
Saied, yang melakukan perebutan kekuasaan pada Juli 2021 dan sejak itu memerintah dengan dekrit, telah melanggar konstitusi pada tahun lalu, yang memberikan kantornya kekuasaan tak terbatas.
Sejak Februari, pasukan keamanan bahkan telah menangkap lebih dari 20 tokoh masyarakat, termasuk pihak oposisi.
Mereka yang menjadi sasaran termasuk anggota partai Ennahda dan aktivis politik yang terinspirasi Islam, serta pengacara, pengusaha, dan kepala stasiun radio populer yang dikenal memberikan platform untuk mengkritik presiden.
Saied secara terbuka menuduh mereka berkomplot melawan negara dan menyebut mereka sebagai teroris.