Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi didampingi oleh Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto/Kemlu RI
Bertepatan dengan peringatan ke-50 tahun hubungan Indonesia-Korea, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan kunjungan kerja ke Seoul, Korea Selatan, pada 29-31 Maret 2023.
Dalam kunjungannya kali ini, Menlu Retno menghadiri pertemuan besar, Joint Commission Meeting (JCM) Indonesia-ROK ke-4, dengan bertemu timpalannya Menlu Korea, Park Jin.
Berdasarkan Press Briefing Kementerian Luar Negeri RI yang diterima pada Jumat (31/3), kedua negara sepakat untuk terus memperkuat kemitraan antara Indonesia-Korea, melalui banyaknya rencana kerja sama.
“Kami sepakat untuk mengimplementasikan Kemitraan Strategis Khusus RI-Korea periode 2021-2025, memanfaatkan berbagai skema kerja sama lainnya seperti Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), serta bersinergi dalam berbagai agenda regional dan global,†ujar Retno.
Berdasarkan catatannya, pada 2021-2022 terdapat 60 aktivitas kerja sama di berbagai bidang yang berjalan dengan baik. Pada 2022, kedua negara mencatat nilai perdagangan tertingginya, yaitu sebesar 24,53 miliar dolar (Rp 367 triliun), naik sekitar 33 persen daripada tahun 2021.
Menlu Retno menyerukan peningkatan kerja sama perdagangan dengan Korea Selatan pada tahun ini, sehingga Indonesia dapat mencapai target perdagangan sebesar 30 miliar dolar, dari kemitraannya tersebut.
“Selain itu saya tekankan pentingnya agar sektor swasta Korea dapat meningkatkan investasi di sektor-sektor strategis Indonesia, seperti industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pembangunan IKN,†tambahnya.
Dalam forum konsultasi bilateral tingkat menteri itu tak lupa Retno juga menyerukan perluasan kerja sama pertahanan, termasuk transfer teknologi dan forum diskusi dalam bidang pertahanan, mengingat Korsel memiliki tingkat keamanan pertahanan yang paling kuat ke-4 di asia, khususnya dalam bidang keamanan siber.
“Saya juga menyampaikan pentingnya kedua negara mengoptimalkan mekanisme Defense Industry Cooperation Committee (DICC) dan Foreign and Defense Senior Officials Meeting (2+2 SOM) untuk membahas berbagai isu strategis, seperti cyber security, peacekeeping operations, maritime security dan counterterrorism,†pungkasnya.