Dalam upaya membantu Haiti mengatasi konflik kekerasan geng yang merebak di negaranya, Amerika Serikat sedang menyiapkan pendekatan baru untuk memberi bantuan ke negara tersebut.
Berdasarakan informasi yang dimuat Miami Herald, Selasa (28/3), pejabat dari Departemen Luar Negeri memanggil lebih dari 230 individu akademisi dan organisasi terkait untuk berkonsultasi bersama mengenai situasi di Haiti.
Rencananya, AS melalui kebijakan
Global Fragility Act (GFA), yang telah memasukkan Haiti kedalam strategi jangka panjangnya itu, akan membantu menghentikan konflik, dan menjaga stabilitas negara tersebut dalam beberapa tahun ke depan.
"Harapannya, melalui GFA jangka panjang ini, AS memiliki pendekatan bantuan baru di Haiti, daripada pencairan dana jangka pendek, yang tidak ada hasilnya. Nantinya kebijakan ini diharapkan dapat melihat hasil yang lebih baik," tulis Miami Herald dalam laporannya.
Sebelum kebijakan ini diluncurkan pada tahun lalu, kritikus menyampaikan pandangannya bahwa AS dan komunitas internasional berpandangan sempit dalam memberi bantuan kepada Haiti.
Menurut para kritikus dana bantuan yang diberikan AS sia-sia, karena kekerasan masih terus terjadi di negara itu. Sehingga menurut kritikus, negara tersebut lebih membutuhkan bantuan dalam jangka panjang.
Para pendukung pendanaan AS pun mengatakan bahwa mereka percaya krisis di Haiti memerlukan pendekatan yang lebih efektif lagi, meski tantangan kedepannya dianggap akan sangat sulit. Namun mereka tetap akan mengucurkan sebagian besar dana kemanusiaannya kepada Haiti.
Menurut Direktur Haiti untuk Program Pangan Dunia PBB, Jean-Martin Bauer, mereka tetap membutuhkan bantuan kemanusiaan, untuk mendukung jutaan warga Haiti yang saat ini menderita, karena tidak memiliki cukup makanan, serta minuman bersih.
“Ada banyak pembicaraan tentang mendukung proses politik di Haiti, tentang meningkatkan keamanan di negara ini. Semua itu penting tetapi tidak akan bertahan kecuali ada respons kemanusiaan yang kuat," ujarnya.