Selama rapat Kongres Rakyat Nasional (NPC), Presiden China, Xi Jinping kembali menegaskan klaim wilayah atas Taiwan.
Dalam pidatonya, Xi menggambarkan perlunya reunifikasi nasional sebagai bagian dari peremajaan baru hubungan China-Taiwan dan menentang pengaruh “pro-kemerdekaan†di Taipei.
“Kita harus secara aktif menentang kekuatan eksternal dan aktivitas separatis kemerdekaan Taiwan. Kita harus dengan teguh memajukan penyebab peremajaan dan penyatuan kembali nasional," tegas Xi, seperti dimuat ANI News pada Jumat (24/4).
Xi membuat isu Taiwan “lebih menonjol†dalam pidatonya di Kongres Partai Komunis China tahun 2022 daripada lima tahun lalu di Kongres Nasional ke-19.
Selama upacara pembukaan Kongres Nasional ke-20 PKC pada Oktober lalu, Xi bahkan mengeluarkan kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap upaya campur tangan asing di Taiwan.
Kebijakan itu diambil menyusul kunjungan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, yang sempat memantik amarah China.
Sementara itu, konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, juga memicu kekhawatiran Barat, bahwa China dapat mengikuti jalan yang sama dan merebut Taiwan secara militer di tahun-tahun mendatang.
Menurut laporan intelijen AS, Presiden Xi telah menginstruksikan militer China untuk bersiap menyerang Taiwan tahun 2027.
Sementara Kepala Komando Mobilitas Udara (AMC) AS, Jenderal Mike Minihan, memperkirakan bahwa China akan menginvasi Taiwan antara tahun 2022 dan 2049, dengan kemungkinan perang konvensional antara AS-China pada 2025.
Meski begitu, secara luas banyak spekulasi yang beredar bawah Beijing tidak dalam posisi untuk terlibat dalam perang konvensional yang berlarut-larut dengan Taiwan dan AS, mengingat China mengalami kerugian ekonomi signifikan akibat pandemi Covid-19 dan penguncian ketat.