Penentuan arah politik PPP untuk Pemilu 2024, khususnya terkait koalisi, dianalisa oleh pengamat politik, kepentok sosok internal, yaitu Romahurmuziy yang pernah menjadi ketua umum.
Disampaikan oleh Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, pengaruh Romahurmuziy masih cukup kuat di internal PPP.
Meskipun, kekinian partai politik (parpol) berlambang Kabah ini telah berkoalisi dengan Partai Golkar dan PAN dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Kalau PPP masih 50-50 (
fifty-fifty) sikap politiknya tetap di KIB atau tidak. Soalnya mantan Ketum Romahurmuziy menjadi pengganjal,†ujar Jerry kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/3).
Menurutnya, Romy bakalan tetap mendorong PPP berada di KIB yang belakangan disebut-sebut sebagai corongnya rezim. Sehingga, wacana perpindahan PPP ke Koalisi Perubahan masih belum menentu.
“Dia (Romy) tetap akan mendukung capres yang didukung Jokowi, meski menurut saya ada peluang pecah koalisi KIB apabila loncat ke Koalisi Perubahan,†tuturnya.
Namun dari segi elektoral, dari minimal
parliamentary threshold 4 persen yang ditentukan UU 7/2017 tentang Pemilu, perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 hanya 6,3 juta atau sekitar 4,52 persen.
Maka dari itu, PPP pada Pemilu 2024 berada di ujung tanduk jika tidak merapat ke poros koalisi yang mampu memberikan efek ekor jas.
“PPP tengah berjuang lolos PT (parliamentary threshold) 4 persen agar bisa bertahan di Senayan. Karena bisa digusur Perindo, Gelora atau Partai Buruh,†demikian Jerry menambahkan.