Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Konsumsi Meningkat, Manusia Terancam Krisis Air pada 2050

RABU, 22 MARET 2023 | 14:37 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kekurangan air diramalkan menjadi salah satu ancaman terbesar bagi miliaran umat manusia di muka bumi dalam beberapa dekade mendatang.

Dalam laporan UN World Water Development atau Pengembangan Air Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa terbaru dikatakan penyebab utama krisis air adalah perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan perubahan praktik pertanian yang membebani pasokan air yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Laporan itu mengatakan kelangkaan air menjadi endemik karena konsumsi berlebihan dan polusi, dengan pemanasan global diperkirakan akan meningkatkan kekurangan musiman.


"Konsumsi air secara historis telah meningkat sekitar 1 persen setiap tahun dan tren itu akan terus berlanjut, dengan dunia diproyeksikan menggunakan sekitar 25 persen lebih banyak air pada tahun 2050 daripada saat ini," menurut laporan tersebut, seperti dimuat The National, Rabu (22/3).

Laporan itu juga mencatat bahwa daerah perkotaan akan mengalami ketegangan terbesar akibat kekurangan air.

Pada 2016, sekitar 933 juta orang di perkotaan menghadapi kelangkaan air dan pada 2050, jumlah itu diperkirakan mencapai 2,4 miliar, di mana India akan menjadi yang paling terpengaruh.

“Permintaan air perkotaan diproyeksikan meningkat sebesar 80 persen antara sekarang dan 2050, dan populasi perkotaan global yang menghadapi kelangkaan air diproyeksikan berlipat ganda pada waktu yang sama,” kata editor laporan Richard Connor.

Rilis laporan bertepatan dengan Hari Air Sedunia dan dimulainya konferensi air tingkat tinggi di markas besar PBB di New York.

Konferensi tersebut merupakan acara pertama sejak 1977 yang ditujukan untuk mengatasi krisis air global.

Pakar PBB mengatakan pada Selasa bahwa air adalah hak asasi manusia dan harus dikelola sebagai kebaikan bersama.

“Mempertimbangkan air sebagai komoditas atau peluang bisnis akan meninggalkan mereka yang tidak dapat mengakses atau membayar harga pasar,” kata para ahli.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya