Para pengunjuk rasa Kenya berlarian saat polisi membubarkan aksi mereka/Net
Seorang mahasiswa tewas dalam protes anti-pemerintah yang dipimpin oleh kepala oposisi Kenya Raila Odinga.
Africa News melaporkan pada Selasa (21/3), mahasiswa itu tewas terkena peluru petugas, sementara 31 petugas polisi terluka dalam peristiwa tersebut.
Ribuan warga Kenya, dipimpin pihak oposisi, menggelar protes pada Senin untuk menuntut pengunduran diri Presiden William Ruto dan mengecam meningkatnya biaya hidup.
Inspektur Jenderal Polisi, Japhet Koome, mengatakan pada Selasa bahwa 238 orang ditangkap dalam protes di kota barat Kisumu, yang merupakan kubu Odinga, dan Nairobi.
Aksi protes berubah menjadi kekerasan ketika polisi menggunakan gas air mata dan meriam air. Petugas bahkan menembakkan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa, yang menanggapi dengan melempari batu.
Odinga mengumumkan bahwa mulai minggu depan, protes akan diadakan dua kali seminggu setiap Senin dan Kamis.
Kelompok masyarakat sipil, Mediko-Legal Independen mengutuk polisi karena menggunakan kekerasan, intimidasi, dan penangkapan sewenang-wenang.
Kenya di masa lalu telah menyaksikan serangkaian protes keras yang berakhir dengan hilangnya nyawa.
Pemerintah bersikeras bahwa protes Senin itu ilegal karena izin untuk mengadakannya ditolak. Namun pihak oposisi mengatakan konstitusi memberikan hak untuk protes damai dan polisi hanya diberitahu untuk memberikan keamanan.
Wakil presiden Kenya, Rigathi Gachagua, mengatakan negara itu kehilangan sekitar 2 miliar shilling Kenya (15 juta dolar AS) karena protes Senin. Gachagua mendesak Odinga untuk membatalkan demonstrasi dan memikirkan kerugian ekonomi.
Odinga tetap bersikukuh dan mengatakan protes akan berlanjut sampai biaya hidup turun.