Berita

Pipa gas Nord Stream/Net

Dunia

Tidak Dilibatkan dalam Penyelidikan Sabotase Nord Stream, Rusia Sebut Denmark Pembohong

JUMAT, 17 MARET 2023 | 09:48 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Tidak dilibatkannya Moskow dalam penyelidikan sabotase pipa gas Nord Stream oleh Denmark ditanggapi sinis pihak Rusia.

Berbicara dalam wawancara dengan Rossiya-1, Kamis (16/3), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa menyangkal akses Rusia ke penyelidikan membuat itu menjadi bahan ejekan.

"Ini adalah penipuan yang benar-benar nyata, ini bahkan bukan skema Ponzi, tapi trik murahan, yang menurut saya, sudah lama tidak ada yang membeli. Mereka memainkannya sendiri," kata Zakharova, seperti dikutip dari RT, Jumat (17/3).

“Kisah tentang Nord Stream tidak akan berakhir dengan cara yang sama seperti banyak cerita lain yang telah mereka kubur atau tutupi, menurut saya, karena alasan sederhana bahwa ada banyak uang yang dipertaruhkan,” tambahnya.

Sebelumnya pada hari itu, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Loekke Rasmussen mengatakan bahwa Moskow tidak akan diizinkan untuk berpartisipasi.

"Denmark, Swedia, dan Jerman semuanya memiliki supremasi hukum dan seseorang dapat mempercayai penyelidikan kami," kata Rasmussen.

Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 dibangun di bawah Laut Baltik untuk mengirimkan gas alam Rusia ke Jerman dan ke Eropa Barat. Kedua pipa tersebut rusak parah dalam serangkaian ledakan pada September 2022, di dekat pulau Bornholm di Denmark.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu.

Pada awal Februari, jurnalis investigasi Amerika Seymour Hersh menerbitkan laporan tentang apa yang terjadi dan menyalahkan AS karena merencanakan dan melaksanakan pengeboman dengan bantuan Norwegia.

Pemerintah AS menanggapi laporan itu dan mencelanya, menyebutnya sebagai karangan belaka.

Awal bulan ini, New York Times mengutip pejabat intelijen AS yang tidak disebutkan namanya, mengklaim kelompok pro-Ukraina mungkin berada di balik serangan itu, dan bahwa itu tidak diperintahkan oleh pemerintah Ukraina atau melibatkan warga negara AS atau Inggris mana pun.

Menanggapi itu, Hers tertawa dan menyebutnya sebagai cerita yang tidak masuk akal.

Populer

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel Pakai Rudal, Sirine Berdengung Kencang

Sabtu, 02 November 2024 | 18:04

UPDATE

Tiga Hakim PN Surabaya Tersangka Dugaan Suap Diperiksa di Kejagung

Selasa, 05 November 2024 | 14:04

Beberapa Jam Sebelum Pilpres AS, Korut Luncurkan Rudal Balistik ke Laut Timur

Selasa, 05 November 2024 | 13:58

Pembiayaan Hijau Jadi Kunci Percepatan SDGs

Selasa, 05 November 2024 | 13:58

Dipimpin Titiek Soeharto, Komisi IV DPR Rapat Bareng Kementan

Selasa, 05 November 2024 | 13:57

Cegah Pelanggaran Etik, DKPP Rakor Bareng 622 Penyelenggara Pemilu

Selasa, 05 November 2024 | 13:53

Susun Prolegnas 2025-2029, Baleg DPR Bahas Revisi UU Hak Cipta

Selasa, 05 November 2024 | 13:51

BPOM Sita Puluhan Ribu Kemasan Latio Imbas Kasus Keracunan

Selasa, 05 November 2024 | 13:45

Laporan Dugaan Gratifikasi Private Jet Kaesang Masih Berproses di KPK

Selasa, 05 November 2024 | 13:36

DKPP Terima 584 Pengaduan Pilkada, Terbanyak di Sumut

Selasa, 05 November 2024 | 13:35

Masih Sakit, Megawati Belum Bisa Bertemu Prabowo

Selasa, 05 November 2024 | 13:20

Selengkapnya