Representative images/Net
Rusia kemungkinan tidak memiliki niat untuk mempunyai konflik militer langsung dengan Amerika Serikat (AS) dan NATO, namun potensi itu dinilai tetap ada.
Hal itu diungkapkan oleh badan intelijen AS dalam laporan Penilaian Ancaman Tahunan yang dikeluarkan pada Rabu pekan lalu.
“Pemimpin Rusia (Vladimir Putin) sejauh ini menghindari mengambil tindakan yang akan memperluas konflik Ukraina di luar perbatasan Ukraina, tetapi risiko eskalasi tetap signifikan,†kata laporan itu.
Menurut laporan tersebut, eskalasi konflik akan dapat membawa Rusia berkonfrontasi langsung dengan Barat dan dapat memicu risiko yang lebih besar, yang belum pernah dihadapi dunia selama beberapa dekade.
Akan tetapi ada potensi nyata bahwa Rusia akan mengalami kegagalan dalam perang, yang akan mengancam posisi Putin. Untuk itu, berdasarkan laporan tersebut, Moskow tengah berupaya untuk memenangkan invasi tersebut, dengan mengambil tindakan eskalasi tambahan.
Seperti dimuat
The Print pada Kamis (9/3), Moskow disebut akan terus menggunakan berbagai alatnya, salah satunya menggunakan energi dan memblokir pelabuhan Ukraina yang membawa biji-bijan untuk mencoba melemahkan kepentingan AS dan sekutunya dengan memperburuk kekurangan pangan global dan krisis energi.
Namun, dalam mengerahkan seluruh upayanya secara habis-habisan itu, Rusia membutuhkan banyak modal, yang dianggap hanya akan membawa negaranya menuju ke jurang krisisnya sendiri.
"Kami mengharapkan Moskow untuk memasukkan dirinya ke dalam krisis ketika melihat kepentingannya dipertaruhkan, dan kami melihat peluang untuk memanfaatkan kekosongan kekuasaan itu, yang dapat menggoyahkan pemerintahan Putin dan membahayakan keamanan nasional Rusia," tambah laporan AS tersebut.
Laporan tahun 2023 itu muncul, di mana kekhawatiran tentang upaya dan pengaruh Rusia tidak lagi ditakutkan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.